Langsung ke konten utama

Postingan

Menanti Senja di Masjid Terbesar Asia Tenggara

Di tengah kesibukan beraktivitas di kota metropolitan seperti Jakarta. Mencari tempat rehat untuk mengevaluasi perjalanan hidup yang telah ditempuh adalah sebuah kebutuhan agar diri dapat tetap yakin dan rendah hati dalam menjalani setiap proses yang telah menjadi episode hidup yang harus dilakoni. Sepulang kerja, Travelista singgah di masjid Istiqlal untuk menanti senja di masjid terbesar di Asia Tenggara. Sudah cukup lama Travelista tidak sholat di masjid yang dikelola oleh seketariat negara. Dan ini adalah kali pertama Travelista mengunjunginya lagi setelah selesai renovasi di tahun 2021. Sesuai dengan namanya, masjid Istiqlal dibangun untuk memperingati kemerdekaan Indonesia. Gagasan muncul dari menteri agama pertama Wahid Hasyim untuk membangun masjid negara yang ditindaklanjuti dengan pembentukan panitia pembangunan masjid yang dipimpin oleh Anwar Tjokroaminoto pada tahun 1953. Pada 1955 diadakan sayembara design masjid Istiqlal. Peserta yang mendaftar berjumlah 30 orang, tetapi

Melihat Miniatur Kalimantan Selatan di Dalam Sebuah Museum

Berkunjung ke museum sebelum melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya adalah hal yang bijak di tengah keterbatasan waktu sambil menunggu penerbangan. Di sela waktu tunggu kali ini Travelista sempatkan untuk mengunjungi museum Lambung Mangkurat yang terletak di jalan Ahmad Yani Kota Banjar Baru. Pertama kali didirikan pada tahun 1907 oleh pemerintahan hindia belanda untuk menyimpan temuan artefak purbakala di Kalimantan Selatan dengan nama museum Borneo namun fungsinya dihentikan saat tentara jepang mulai menduduki Kalimantan Selatan. Borneo museum in Bandjarmasin 1907 koleksi Tropen Museum Pada tanggal 22 Desember 1955 dengan koleksi barang - barang pribadi miliknya. Amir Hasan Kiai Bondan mencoba menghidupkan kembali museum Borneo yang diberi nama museum Kalimantan. Pada tahun 1967 bangunan museum dipugar dan diberi nama museum Banjar hingga dibangun gedung museum baru bergaya rumah Bubungan Tinggi modern yang diberi nama Lambung Mangkurat dan diresmikan kembali oleh Mendikbud D

Menyusuri Kerukunan Umat di Sekitar Tempat Ibadah Tertua Tangerang

Singgah di Tangerang kali ini Travelista sempatkan mengunjungi Flying Deck untuk melihat aktivitas masyarakat Tangerang di Sungai Cisadane. Sebuah sungai kuno yang melekat dengan identitas kota Tangerang. Dari Cisadane Flying Deck, Travelista terus menyusuri jalan Kalipasir. Travelista tertarik untuk mendekati sekelompok anak – anak yang sedang asik memancing di tepi maupun perahu di tengah sungai. Trevelista pun menuruni anak tangga untuk melihat dari bantaran sungai yang teduh. Rupanya di bantaran sungai ini terdapat sebuah altar persembahyangan yang disebut oleh warga sebagai Toa Pekong Air. Seketika Travelista teringat pada  altar serupa saat piknik di pasar Pagi Asemka   yang sama - sama terletak di tepi sungai. Konon Toa Pekong Air ini dibangun pada tahun 1800an bersamaan dengan dermaga untuk mengaitkan tali perahu warga dari luar benteng yang hendak beribadah di klenteng Boen Tek Bio maupun masjid jami Kalipasir. Terus menyusuri jalan hingga perjalanan Travelista terhenti di kam