Di tengah
kesibukan beraktivitas di kota metropolitan seperti Jakarta. Mencari tempat
rehat untuk mengevaluasi perjalanan hidup yang telah ditempuh adalah sebuah kebutuhan
agar diri dapat tetap yakin dan rendah hati dalam menjalani setiap proses yang
telah menjadi episode hidup yang harus dilakoni.
Sepulang
kerja, Travelista singgah di masjid Istiqlal untuk menanti senja
di masjid terbesar di Asia Tenggara. Sudah cukup lama Travelista tidak sholat
di masjid yang dikelola oleh seketariat negara. Dan ini adalah kali pertama
Travelista mengunjunginya lagi setelah selesai renovasi di tahun 2021.
Sesuai
dengan namanya, masjid Istiqlal dibangun untuk memperingati kemerdekaan
Indonesia. Gagasan muncul dari menteri agama pertama Wahid Hasyim untuk
membangun masjid negara yang ditindaklanjuti dengan pembentukan panitia
pembangunan masjid yang dipimpin oleh Anwar Tjokroaminoto pada tahun 1953.
Pada
1955 diadakan sayembara design masjid Istiqlal. Peserta yang mendaftar
berjumlah 30 orang, tetapi hanya 27 yang menyerahkan design dan hanya 22 yang
memenuhi syarat untuk menjadi pemenang dengan 5 finalis yaitu 2 Tim mahasiswa
Institut Teknologi Bandung dengan tema Ilham dan Khatulistiwa, Raden Oetoyo
dengan tema Istighfar, Hans Groenewegen dengan tema Salam serta Friedrich
Silaban dengan tema Ketuhanan yang kemudian terpilih sebagai pemenang yang juga
merupakan arsitek monumen Nasional dan gedung Bank Indonesia.
Semula
Wakil Presiden Mohammad Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid negara di
pemukiman penduduk sekitar jalan Thamrin yang kini menjadi hotel Indonesia.
Namun berdasarkan tradisi Jawa bahwa keraton dan masjid agung harus terletak di
sekitar alun – alun. Maka Presiden Soekarno memutuskan lokasi pembangunan
masjid nasional harus terletak di dekat istana dan lapangan Merdeka.
Menggambil
lahan halaman gereja Katedral yang merupakan taman Wilhelmina yang dilengkapi
dengan benteng Prince Frederick yang sudah ada sejak 1837. Maka sebelum
mendirikan masjid, taman dan benteng pun harus dihancurkan terlebih dahulu.
Foto : wikipedia.org |
Terjadi
beberapa kali alih guna lahan sebelum akhirnya menjadi sebuah masjid yang tepat
berada di percabangan dua anak sungai Ciliwung ini. Bermula dari sebuah kedai
minum yang dibangun sebelum tahun 1669. Kemudian di renovasi menjadi rumah
peristirahatan Sersan Mayor Herman van Baijen pada tahun 1723. Lalu digunakan
sebagai sebuah rumah sakit selama periode tahun 1743 – 1820 dan kemudian dijadikan
taman untuk mengenang ratu Wilhelmina.
Untuk melengkapi rencana strategi pertahanan di wilayah Nieuw Gondangdia
yang kini menjadi wilayah Kebon Sirih Menteng. Maka Gubernur Jenderal Johannes
van den Bosch membangun sebuah benteng pertahanan kota pada tahun 1837. Pangeran
Willem Frederik Hendrik yang merupakan anak dari Raja Willem II yang ditugaskan
ke hindia belanda meletakkan batu pertama dan juga meresmikan benteng yang diberi
nama sesuai dengan namanya.
Benteng
yang di arsiteki oleh insinyur Kolonel Carel van der Wyck dibangun dengan struktur
batu bata dan dilindungi dengan benteng alami sesuai kontur taman Wilhelmina. Selokan
yang mengelilingi benteng merupakan bagian sistem pertahanan untuk mengahambat
penyerbuan musuh serta lubang jendela benteng digunakan untuk menembakkan meriam.
Terdapat
pula sebuah menara di tengah benteng yang juga difungsikan sebagai menara
pantau. Dan dalam perjalanan sejarah, benteng Prince Frederik tidak pernah
digunakan karena tidak ada yang menyerang Batavia sampai tahun 1942 hingga
akhirnya diratakan dengan tanah untuk proyek pembangunan masjid Istiqlal di
tahun 1961.
Foto : wikipedia.org |
Foto : isitiqlal.or.id |
Meski
berbeda agama, Friedrich Silaban sangat detail memperhatikan nilai keagamaan dan
nasionalisme yang ditampilkan dalam angka dan simbol rancangan arsitekturnya. Bangunan
masjid terdiri atas dua bangunan yaitu bangunan utama dan bangunan pendamping
yang lebih kecil.
Dua bangunan ini melambangkan angka dua yang
menyimbolkan dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi, langit bumi, dunia
akhirat, lahir lahir serta dua bentuk hubungan seorang muslim yaitu hablum
minallah dan hablum minannaas.
Bangunan
utama memiliki kubah berdiameter 45 meter yang melambangkan tahun proklamasi 1945.
Mastaka kubah utama dimahkotai bulan sabit dan bintang yang merupakan simbol
Islam dan kubah kecil dengan diameter 8 meter yang melambangkan bulan
kemerdekaan.
Struktur
bangunan utama dihubungkan oleh koridor yang mengelilingi pelataran terbuka
luas berlapis tegel keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaff salat.
Dan spot ini juga sering dijadikan tempat berfoto karena
dapat menangkap kemegahan masjid kebanggaan Indonesia.
Masjid
Istiqlal hanya memiliki satu menara baja anti karat yang
melambangkan keesaan Allah. Dirancang berlubang - lubang
untuk mengurangi tekanan hembusan angin. Struktur
menara berlapis marmer berukuran tinggi 6.666 centimeter melambangkan jumlah ayat
dalam Alquran. Menara masjid dihiasi oleh mastaka yang terbuat dari kerangka
baja setinggi 30 meter yang melambangkan jumlah juzz dalam Al Qur’an.
Di
koridor ini terdapat tanaman Lee Kuan Yew atau tanaman hias merambat yang cocok
jadikan background berfoto untuk Sobat Piknik yang photogenic. Kalau Travelista
sih sepertinya tidak termasuk dalam kategori itu. Hehehe…
Di taman
masjid Istiqlal terdapat kolam dengan air mancur yang dapat menyemburkan air
setinggi 45 meter yang melambangkan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 dan
nampak tugu monas untuk menunjukkan bahwa masjid Istiqlal adalah masjid
nasional republik Indonesia.
Kini setelah
renovasi, terdapat Amphiteather di pinggir sungai Ciliwung yang membelah
Istiqlal yang digunakan sebagai ruang terbuka untuk berbagai kegiatan dan
berkesenian. Nampak pula gereja Katedral yang ada di seberang masjid Istiqlal
juga plaza kuliner dengan konsep taman hijau minimalis.
Masjid
karya aritektur Friedrich Silaban memiliki sistem sirkulasi udara yang baik.
Sehingga masjid tetap merasa sejuk walaupun tanpa AC. Hal ini juga disebabkan
juga karena masjid Istiqlal memiliki sistem sirkulasi air yang ramah lingkungan
dengan pori - pori resapan air yang diolah lagi untuk keperluan wudhu.
Dari
koridor masjid, Sobat Piknik dapat melihat desain aristektur berbentuk geometri
seperti kubus, persegi, setengah bola pada kubah dengan ragam hias ornamen
logam krawangan atau kerangka logam berlubang yang terkesan sederhana tapi
elegan karena dipercantik dengan penggunaan batu marmer asal Citatah dan
Tulungagung pada dinding serta lantai masjid mampu menambah kesan megah dan
teduh.
Bangunan
masjid memiliki lima lantai yang melambangkan 5 rukun Islam dan jumlah waktu
salat dalam sehari juga menyimbolkan jumlah sila dalam Pancasila. Masjid
Istiqlal memiliki 7 pintu masuk yang diberi nama Asmaul Husna sebagai simbol
kosmologi alam semesta dalam Islam yang meyakini terdapat 7 lapisan langit. Masjid
Istiqlal ditopang dengan 12 tiang yang melambangkan hari kelahiran Nabi
Muhammad yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Menoleh
ke arah atas ruangan, Sobat Piknik dapat melihat kubah raksasa berdiameter 45
meter yang menyimbolkan tahun kemerdekaan dengan konstruksi baja antikarat dari
Jerman Barat dengan hiasan kaligrafi surat Yassin yang ditulis oleh K.H Fa'iz
Khatthaath Qur’an asal Jawa Timur.
Halaman
masjid semakin asri karena tempat parkir kendaraan dipindahkan ke dalam
basement. Dan terdapat sebuah bangunan baru berupa terowongan bawah tanah yang
menghubungkan masjid Istiqlal dengan gereja Katedral sebagai bentuk
implementasi toleransi beragama. Rencananya terowongan Silaturahmi ini akan
dijadikan sebagai ikon pembelajaran untuk diskusi antar umat beragamadan museum
penyeberangan.
Foto : kementerian PUPR |
Foto : kementerian PUPR |
Temaram
senja pun sudah menghilang berganti pekat malam berhias pijar lampu hias. Dan di
saat inilah keindahan masjid Istiqlal mulai nampak. Seolah menjadi pengingat
bahwa pijar cahaya NYA yang menjadikan iman kita semakin menguat dan hati kita
semakin merendah.
Perlu
Sobat Piknik ketahui bahwa kini sebagian kebutuhan energi listrik masjid
Istiqlal bersumber dari panel surya. Hal ini menegaskan bahwa masjid yang di
design lebih dari 60 tahun yang lalu mampu mengikuti perkembangan jaman. Hmmm…
memang JUARA Pak Friedrich Silaban !!!
Selesai sudah
piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
- Piknik ke Masjid Istiqlal mengingatkan Travelista bahwa rasa syukur harus kita panjatkan kepada Tuhan penguasa semesta alam. Sebab karena kuasa NYA kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 bisa terjadi. Dan dengan pengingat itulah kita sebagai generasi masa kini harus mengisi kemerdekaan dengan hal positif agar cita – cita para pejuang kemerdekaan yang ditanamkan pada meterial baja yang digunakan dalam konstruksi masjid Istiqlal agar dapat kokoh berdiri hingga 3.000 tahun adalah makna abadinya keberlangsungan Negara Indonesia.
- Masjid Istiqlal dan gereja Katedral adalah simbol kerukunan antar umat beragama yang ada di tanah air. Kerukunan umat beragama inilah salah satu modal utama untuk menjaga abadinya keberlangsungan Negara Indonesia. Maka kita harus merapatkan barisan terhadap pihak yang ingin mengusik kerukunan antar umat beragama yang sudah tercipta sejak dahulu kala.
Komentar
Posting Komentar