Langsung ke konten utama

Hutan di Tengah Kota Hujan

Menikmati akhir pekan, kali ini Travelista mengunjungi kebun raya yang ada di kota hujan. Banyak akses kendaraan umum untuk menuju kota Bogor. 

Salah satunya adalah kerata commuter line, nanti dari stasiun Bogor Sobat Piknik dapat naik angkot 02 jurusan Sukasari ataupun ojeg online.

Berhubung hari masih pagi, maka Travelista putuskan untuk berjalan kaki menuju pintu masuk utama kebun raya Bogor. Sobat Piknik dapat berjalan menyusuri jalan kapten Muslihat – IR Haji Juanda sejauh 1,6 km. Jika Sobat Piknik berkunjung pada hari minggu, Sobat Piknik dapat masuk melalui pintu barat yang ada di samping kantor kebun raya. 

Tapi jika Sobat Piknik ingin sekalian sarapan sebelum berkunjung ke kebun raya, maka sebaiknya Sobat Piknik masuk dari pintu utama yang berada di depan jalan Suryakancana yang merupakan salah satu pusat kuliner kota Bogor.

Tempat kuliner pertama yang Travelista kunjungi kali ini adalah toge goreng Mak Evon yang ada pertigaan jalan Kebon Pala – Padasuka – Kampung Cincau. Kalau dari jalan Suryakancana, patokannya adalah Bank CMIB Niaga. Dari situ Sobat Piknik susuri saja jalan kecil yang ada di sebelahnya, nanti ketemu kedai kecil nan sederhana dengan ciri alat pemasak toge. Itulah kedai toge goreng Mak Evon yang legendaris itu.

Untuk menikmati kuliner khas Bogor yang satu ini, Sobat Piknik cukup merogoh kocek Rp 12.000 sudah plus kerupuk. Setelah perut terisi, waktunya kembali jalan Suryakancana menuju arah kebun raya Bogor. Harga tiket masuk kebun raya Bogor adalah Rp 14.000 untuk Sobat Piknik Nusantara dan Rp 25.000 untuk Sobat Piknik Mancanegara dengan jam buka 07:30 – 17:00 wib.

Memiliki lahan seluas 87 hektar kebun raya Bogor menyimpan sekitar 15.000 jenis koleksi tanaman. Dengan lahan seluas itu tentu sangat cape kalau Sobat Piknik salah setting rute. Bisa jadi Sobat Piknik hanya mengitari sebagian area saja. Hehehe... 

Makanya harus diatur agar rutenya searah dan semaksimal mungkin menjangkau semua spot menarik yang ada di kebun raya ini. Dari pintu masuk utama, Travelista menuju monumen Lady Raffles yang merupakan istri dari gubernur jenderal Thomas Stamford Raffles seorang pencetus kebun raya Bogor.

source : www.leonyleony.blogspot.co.id

Dari monumen Lady Raffles perjalanan Travelista lanjutkan menuju museum Zoologi yang didirikan pada tahun 1894. Di museum ini Sobat Piknik dapat mengamati berbagai koleksi taxidermy hewan tanpa dipungut biaya tambahan kecuali Sobat Piknik mengunjungi toiletnya. Hehehe...

Dari Museum Zoologi, Travelista bergegas menuju taman Teisjmann. Sebuah taman yang di dedikasikan untuk mengenang jasa Johannes Elias Teijsmann yang merupakan direktur kebun raya Bogor periode 1830-1869 yang menghabiskan sisa hidupnya untuk mengembangkan kebun raya Bogor.

Dari taman Teisjmann perjalanan diteruskan melewati kuburan belanda untuk menuju kolam gunting yang ada di halaman belakang istana Bogor. Mungkin Sobat Piknik bertanya, kenapa dinamakan kolam gunting ? Karena jika dilihat dari udara kolam ini menyerupai bentuk gunting.
 
Lanjut berjalan menuju jembatan gantung atau lebih familiar disebut jembatan merah. Di Jembatan yang menjadi landmark kebun raya Bogor ini kental dengan mitos yang sudah melegenda. 

Konon ada jika sepasang kekasih yang melintasi jembatan ini maka hubungan cintanya akan putus !!! Wah, berita bagus nih ! Mending Travelista stand by di ujung jembatan saja sambil nunggu cewe yang abis diputusin. Mungkin ia butuh bahu untuk bersandar atau selembar tisu untuk menghapus derai air mata. Hehehe…

Karena tidak ada cewe yang melintas di depan Travelista sambil menangis tersedu – sedu. Maka spot berikutnya yang Travelista tuju adalah jembatan Surya Lembayung dan taman Lebak Sudjana Kassan. Di taman ini Sobat Piknik dapat melihat rangkaian bunga dengan bentuk Garuda Pancasila. konon ini adalah salah satu spot tersembunyi di kebun raya. 

Menurut Travelista sih, ada benarnya juga pendapat tersebut karena taman ini terletak di ujung belakang kebun raya sehingga terlalu jauh dan melelahkan untuk bisa sampai ke taman Lebak Sudjana Kassan. Travelista pun kalau bukan demi bahan blog, mungkin juga tak sampai ke tempat ini. Hehehe...

Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa Sudjana Kasan adalah orang Indonesia pertama yang menjadi pimpinan kebun raya Bogor menggantikan J. Douglas pada tahun 1956. Dan untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut maka pengelola kebun raya Bogor membuat patung Sudjana Kasan yang terletak di bagian bawah kaki taman Garuda.

Dari taman Lebak Sudjana Kassan, perjalanan Travelista lanjutkan menuju griya Anggrek yang diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2002. Ini sebenarnya adalah sebuah greenhouse untuk memajang dan mengembangkan aneka tanaman berbunga indah tersebut.

Griya ini dibagi menjadi 2 area yaitu area anggrek organik dan area anggrek hibrida atau hasil silangan. Oya, di sini juga Sobat Piknik dapat membeli anggrek untuk dibawa pulang. Tak lama Travelista berada di Griya Anggrek karena Travelista akan menuju spot menarik selanjutnya yaitu taman Astrid. 

Jika di bagian lain kebun raya rimbun dengan pepohonan, maka taman ini justru sangat terbuka dan minim pepohonan. Taman ini dibangun pada tahun 1929 untuk menyambut kedatangan ratu Astrid dari Belgia yang hendak berbulan madu di kebun raya Bogor. Tuh, dari Belgia saja bulan madunya di kebun raya ! 

Apakah Sobat Piknik yang akan menikah memiliki rencana untuk berbulan madu di kebun raya Bogor juga ? Nanti undang Travelista yah untuk diabadikan artikel blog selanjutnya. Hehehe... 

Selesai sudah mengeliling hutan di tengah kota hujan ini. Saatnya bergegas lagi ke jalan Suryakancana untuk makan siang yang kesorean. Hehehe…

Tujuan pertamanya adalah bakso kikil Pak Jaka yang ada di emper toko sekitar Gang Aut. Bakso bening yang melegenda ini sangat banyak peminatnya. Jadi jangan heran jika antriannya panjang dan bagi Sobat Piknik sudah mendapatkan semangkuk bakso harus segera melahap baksonya kerana ketika ngunyah bakso, Sobat Piknik sudah langsung dipandangi oleh Sobat Piknik yang sedang antri atau yang sudah terima semangkok bakso panas tetapi belum dapat tempat duduk. Buruan dong ! Dalam hati mereka terucap. Hehehe... 

Setelah makan bakso, saatnya hilangkan dahaga dengan es pala dan bir kotjok yang sekilas rasanya mirip dengan bir pletok Betawi. Hanya warna dan proses penyajiannya yang berbeda karena minuman ini dikocok dulu dengan menggunakan wadah khusus sehingga menimbulkan buih saat disajikan di gelas.
 
Setelah makanan pembuka selesai, kini waktunya menyantap makanan berat. Banyak pilihan kuliner yang ada di jalan Suryakancana ini, di antaranya adalah soto kuning Pak Yusuf dan soto kuning Pak Salam. Tapi karena antriannya yang panjang dan susah untuk cari tempat makannya. Ya, sedikit trauma sih dengan pengalaman makan bakso kikil Pak Jaka tadi. Akhirnya Travelista putuskan untuk makan nasi goreng di salah satu kedai yang ada di jalan Suryakancana. Travelista lupa namanya, sudah tidak sempat mendokumentasikan, yang penting ketemu nasi dulu. #perutkeroncongan.

Setelah hati mulai tenang karena telah ketemu nasi. Saatnya membeli oleh – oleh khas Bogor yang jual di jual di sepanjang jalan Suryakancana untuk keluarga di rumah. Kali ini Travelista beli asinan Oh Good yang menjual asinan buah dan sayur dengan harga Rp 20.000 perbungkus.

source : masakmasakmasak.wordpress.com

Hari sudah semakin sore. Betis sudah semakin keumeung. Namun perjalanan Travelista tetap teruskan untuk berjalan kaki menuju stasiun Bogor #Kepalangtanggung. Entah berapa kilometer jalan yang telah Travelista tempuh pada piknik kali ini demi sebuah bahan blog yang Sobat Piknik baca saat ini. Hehehe…

Sampai jumpa di piknik selanjutnya...


Pesan moral :
Adanya kebun raya seperti kebun raya Bogor ini adalah sebuah berkah. Selain sebagai pengurang emisi, tempat konservasi, penelitian, pendidikan juga berfungsi sebagai ekowisata yang dapat memutar roda perekonomian untuk menghidupkan tempat wisata itu sendiri maupun masyarakat sekitar tempat wisata. Sehingga sudah selayaknya masyarakat yang ada di sekitar tempat wisata mempersiapkan diri untuk mengambil berkah tersebut dengan arif dan bijaksana.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Mengunjungi Sisa Situs Candi Hindu di Pulau Kalimantan

Kali ini Travelista sedang berada di Kota Amuntai yang merupakan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sebuah kawedanan yang sudah terbentuk sejak jaman hindia belanda bahkan sudah dikenal sejak jaman kerajaan Hindu Majapahit yang melakukan ekspansi ke seluruh Nusantara. Dengan luas sekitar 291 km² kota Amuntai cukup ramai terutama di sepanjang jalan A Yani dan Norman Umar yang merupakan pusat pemerintahan, tidak jauh dari aliran sungai Tabalong yang pernah menjadi urat nadi transportasi Amuntai jaman dulu. Kini bantaran sungai Tabalong kota Amuntai ditata lebih rapi dengan menghadirkan tugu itik Alabio sebagai ikon kota. Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa Amuntai identik dengan itik Alabio yang bernama latin Anas Plathycus Borneo. Fauna endemik yang berasal dari desa Mamar Amuntai Selatan yang banyak dijajakan di pasar unggas Alabio. Photo by : Siran Masri Photo by : Henker Dari tugu itik Alabio, Travelista teruskan berjalan menuju jalan Batung Batulis untuk mengunjungi situs candi ...

Berziarah ke Makam Kakek Pendiri Kesultanan Banjar

Biasanya Travelista menuju Kantor Cabang di Provinsi Kalsel bagian hulu melalui jalan kota Martapura. Tapi karena terjadi kemacetan, Travelista dibawa Personil cabang melintasi kota Martapura via jalan tembus yang membelah perkebunan sawit yang belum terlalu rimbun. Sambil menikmati pemandangan perkebunan sawit, mata Travelista tertuju pada papan petunjuk yang tadi terlewat. Segera Travelista meminta Personil cabang putar balik untuk singgah sejenak di tempat yang ternyata makam Pangeran Sukamara. Area pemakaman cukup luas dan kelihatannya sih, masih banyak yang belum ditempati #jadibingungmaksudkatabelumditempati? Hehehe… Karena udara luar cukup terik, maka segera Travelista menuju cungkup makam Pangeran Sukarama yang di design layaknya sebuah langgar.  Terdapat cukup banyak makam warga yang dikebumikan di area depan dan belakang makam Pangeran Sukarama yang berada di dalam ruang bersama dua makam pangeran yaitu Pangeran Angsana dan Pangeran Jangsana yang tertulis wafat tahun 1322...

Upaya Melestarikan Budaya Asli Jakarta

Di kota modern seperti Jakarta dengan proyek pembangunan kota yang tanpa henti tentu menarik untuk mengetahui kebudayaan aslinya. Lalu pertanyaannya adalah. “ Di mana kita dapat menemukan kehidupan dan budaya warga asli Jakarta saat ini ? ” Sempat tersentralisasi di kawasan Condet, Jakarta Timur yang ditetapkan sebagai cagar budaya Betawi oleh gubernur Ali Sadikin sejak tahun 1974. Namun konsep pembangunan tak terkendali di kawasan Condet menyebabkan kekhasan sebagai cagar budaya Betawi sirna. Sehingga cagar budaya Betawi dipindahkan ke S etu Babakan, Jakarta Selatan pada tahun 2001 oleh gubernur Sutiyoso. Menempati lahan sekitar 289 hektar. Setu Babakan dibagi menjadi beberapa zona edukasi untuk mengenalkan kebudayaan dan kehidupan suku Betawi. Tidak ada tarif yang dikenakan untuk masuk ke perkampungan budaya Setu Babakan. Sobat Piknik hanya cukup membayar parkir kendaraan saat memasuki area danau. Rindang pepohonan, semilir angin dari arah danau dan sesekali terdengar percakapan dala...