Langsung ke konten utama

Berenang di Teluk Palu

Kembali mengunjungi kota Palu. Setelah sekitar 1,5 tahun yang lalu Travelista mengunjungi kota tersebut. Kalau dulu Travelista berangkat dari Makassar pasca tsunami. Kali ini Travelista berangkat dari Jakarta saat pandemi. Sengaja Travelista pilih penerbangan dini hari agar tiba di kota Palu pada pagi hari sebab ada perbedaan waktu 1 jam antara Jakarta dan Palu.

Waktu tempuh Jakarta – Palu adalah lebih dari 2 jam. Sehingga Travelista pilih penerbangan yang dapat makan agar tiba di kota Palu tidak repot lagi mencari sarapan. Sebab penjual sarapan di kota Palu tak sebanyak Ibukota Propinsi lainnya. Selain itu pertimbangan tiket dibayarin kantor, tentu tidak perlu lagi ada rasa khawatir isi dompet jadi defisit. Hehehe...

Tiba di kota Palu masih cukup pagi, Travelista minta Personil cabang yang menjemput untuk antar putar – putar kota Palu sebentar untuk melihat perkembangan kota Palu pasca tsunami. Setelah menapaktilasi jalur yang pernah Travelista tinjau saat kunjungan pertama dulu. Nampaknya tak banyak pembangunan fisik yang significant, hanya bau yang tidak sedap saja yang sudah tak tercium lagi.

Berhubung Travelista belum mandi dari semalam dan akan langsung masuk kerja di kantor cabang. Kesempatan kali ini Travelista sempatkan untuk berenang sebentar di teluk Palu. Lagi pula di koper selalu tersedia pakaian untuk pergi ke gunung dan pergi berenang, selain seragam kantor tentunya. Itu pun hanya bawa dua stel karena bisa di laundry di kota kantor cabang. Hehehe… 

Dari pantai Talise perjalanan langsung Travelista lanjutkan ke pantai Kampung Nelayan. Patokannya memang agak susah karena tidak ada landmark atau plank untuk mempermudah pencarian alamat. Tapi Sobat Piknik jangan khawatir, sebab di google map sudah ada yang tagging. Indikatornya tempatnya adalah kalau ada banyak kendaraan yang parkir dan di pinggir pantai terlihat undakan anak tangga. Nah, di situlah tempat kita akan berenang. Hehehe…

Saat Travelista lihat tempatnya. Wah ! Oke juga untuk berenang ! Kapan lagi bisa berenang sebelum ngantor ?! Walau dibeberapa hotel tempat Travelista menginap tersedia falisitas kolam renang. Tapi Travelista tidak pernah gunakan karena Travelista anggap hal yang biasa saja dan bisa dilakukan di semua kota. Tapi ini, berenang di laut ! Ya, why not ?!

Segera Travelista bongkar koper, ganti celana, foto - foto sebentar untuk bahan blog, stretching agar tidak kram saat berenang, kan ga lucu pas di tangah – tengah betis keram lalu tenggelam !? Hehehe…

Langsung saja Travelista ke tepi pantai. Terlihat hampir semuanya yang berenang adalah senior citizen. Wah, Travelista merasa paling muda nih di sini ! Tapi ah, biarin aja deh ga bisa cuci mata ! Lah wong niatnya mau cuci badan. Hehehe…

Pantai di Kampung Nelayan tidaklah landai dengan hamparan pasir. Pantai ini sudah dibeton untuk menahan abrasi. Sehingga jarak permukaan jalan dengan dasar laut terdekat cukup tinggi. Itu sebabnya Pemda setempat melengkapi pantai ini dengan undakan anak tangga sehingga membuat tempat pantai Kampung Nelayan seperti kolam raksasa.

Beruntung sekali warga kota Palu memiliki kolam alami seperti ini. Sebuah kolam air laut yang terletak di sebuah teluk dengan gugusan pegunungan yang mengelilinginya. Sebuah pemandangan indah yang tersaji untuk dinikmati apalagi ditemani secangkir kopi dan sepotong roti atau uli. #kapanlagimelamundilautan. Hehehe…



Tiba – tiba hujan turun, lamunan pun buyar. Travelista harus segera bergegas cari tempat bilas dan pergi ke kantor. Akhirnya piknik pun selesai. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...


Pesan moral :
Bentang alam dengan segala keunikanya adalah anugerah yang harus kita jaga. Tidak masalah memodifikasinya asalkan mendatangkan manfaat bagi manusia tanpa merusak alam itu sendiri.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Ziarah Backpacker ke Masjid Pesisir Jakarta

Berwisata di Jakarta tidak selalu ke pusat keramaian. Masih terdapat opsi wisata religi di Ibukota. Kali ini Travelista putuskan untuk berziarah backpacker ke masjid Luar Batang yang terletak di jalan Luar Batang V Penjaringan Jakarta Utara. Ya semoga saja dengan ziarah backpacker, suatu saat Travelista bisa umroh backpacker. Aamiin. Dari rumah, Travelista naik KRL jurusan Kota lalu berjalan menuju halte busway untuk naik rute 12B jurusan Senen – Pluit. Sobat Piknik naik busway yang menuju Pluit lalu turun di halte busway jalan Murta Baru, tapi bilang saja ke petugas busway on duty bahwa Sobat Piknik mau ke masjid Luar Batang. Nanti Sobat Piknik akan diturunkan di seberang halte Luar Batang karena busway yang menuju Pluit tidak ada halte pemberhentian kecuali halte jalan Murta Baru. Selain naik busway rute rute 12B jurusan Senen – Pluit yang Travelista jelaskan tadi. Sobat Piknik dapat juga naik busway rute 1A jurusan Fresh Market PIK - Balaikota, Sobat Piknik naik busway dari halte Fr...

Berziarah ke Makam Kakek Pendiri Kesultanan Banjar

Biasanya Travelista menuju Kantor Cabang di Provinsi Kalsel bagian hulu melalui jalan kota Martapura. Tapi karena terjadi kemacetan, Travelista dibawa Personil cabang melintasi kota Martapura via jalan tembus yang membelah perkebunan sawit yang belum terlalu rimbun. Sambil menikmati pemandangan perkebunan sawit, mata Travelista tertuju pada papan petunjuk yang tadi terlewat. Segera Travelista meminta Personil cabang putar balik untuk singgah sejenak di tempat yang ternyata makam Pangeran Sukamara. Area pemakaman cukup luas dan kelihatannya sih, masih banyak yang belum ditempati #jadibingungmaksudkatabelumditempati? Hehehe… Karena udara luar cukup terik, maka segera Travelista menuju cungkup makam Pangeran Sukarama yang di design layaknya sebuah langgar.  Terdapat cukup banyak makam warga yang dikebumikan di area depan dan belakang makam Pangeran Sukarama yang berada di dalam ruang bersama dua makam pangeran yaitu Pangeran Angsana dan Pangeran Jangsana yang tertulis wafat tahun 1322...

Mengunjungi Sisa Situs Candi Hindu di Pulau Kalimantan

Kali ini Travelista sedang berada di Kota Amuntai yang merupakan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sebuah kawedanan yang sudah terbentuk sejak jaman hindia belanda bahkan sudah dikenal sejak jaman kerajaan Hindu Majapahit yang melakukan ekspansi ke seluruh Nusantara. Dengan luas sekitar 291 km² kota Amuntai cukup ramai terutama di sepanjang jalan A Yani dan Norman Umar yang merupakan pusat pemerintahan, tidak jauh dari aliran sungai Tabalong yang pernah menjadi urat nadi transportasi Amuntai jaman dulu. Kini bantaran sungai Tabalong kota Amuntai ditata lebih rapi dengan menghadirkan tugu itik Alabio sebagai ikon kota. Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa Amuntai identik dengan itik Alabio yang bernama latin Anas Plathycus Borneo. Fauna endemik yang berasal dari desa Mamar Amuntai Selatan yang banyak dijajakan di pasar unggas Alabio. Photo by : Siran Masri Photo by : Henker Dari tugu itik Alabio, Travelista teruskan berjalan menuju jalan Batung Batulis untuk mengunjungi situs candi ...