Setelah
seminggu agenda di Kota Semarang selesai. Travelista akan memaksimalkan akhir
pekan sebelum kembali ke Jakarta. Karena sudah pernah piknik di Kota Semarang. Maka piknik kali ini
Travelista niatkan untuk berziarah makam Wali Songo yang terdapat di Jawa
tengah.
Tadinya
Travelista bermaksud backpackeran seperti biasanya. Tapi karena ada Sobat
Piknik yang bersedia meminjamkan mobilnya seharian. Lumayan banget yah !
Sebab spot piknik kali ini berada di beberapa Kabupaten. Hehehe…
Tujuan
piknik yang pertama adalah masjid dan makam Sunan Muria di Colo Kudus. Sunan
Muria merupakan anggota Walisongo termuda yang merupakan putra Sunan Kalijaga.
Untuk mencapai Colo Kudus dibutuhkan waktu sekitar 2,5
jam dari Semarang.
Setibanya
di terminal bus pariwisata Sunan Muria, Travelista mengikuti Sobat Piknik
berjalan kaki menuju akses kawasan wisata religi Sunan Muria. Ada dua cara
untuk ke makam Sunan Muria yaitu berjalan mendaki ratusan anak tangga atau naik
ojek dengan tarif Rp 20.000. Ya sudah, Travelista pilih cara yang paling susah
yaitu naik ojek saja. Hehehe…
Ojek
di kawasan wisata religi Sunan Muria telah dikelola dengan baik. Pengemudi ojek
berbaris sesuai dengan antrian sehingga Sobat Piknik tidak khawatir ditarik
kanan kiri oleh Pengemudi ojek yang berebut penumpang. Sobat Piknik tinggal
duduk manis, pegangan erat, memejamkan mata dan banyak berdoa karena naik ojek kawasan
wisata religi Sunan Muria sangat memacu adrenalin.
Photo by : Riztio Adji Adji |
Motor
harus dipacu kencang agar tidak kehilangan momentum untuk menajak jalan yang
sangat terjal. Tapi Sobat Piknik tidak perlu khawatir sebab Pengemudi ojek
kawasan wisata religi Sunan Muria sudah sangat hafal kondisi jalan dan sangat
terlatih dalam berkendara.
Diperlukan
waktu sekitar 10 menit untuk sampai di pintu belakang komplek makam Sunan
Muria. Dari pangkalan ojek Sobat Piknik dapat menapaki akan tangga yang tidak
terlalu curam. Dan cukup nyaman karena di apit kedai penjual makanan dan oleh –
oleh seperti aksesoris, pakaian dan buah endemik lereng gunung Muria yaitu parijoto.
Buah
Parijoto dipercaya sebagai warisan Sunan Muria sebab tanaman ini tumbuh subur
di sekitar kawasan lereng gunung tempat tinggal Sunan Muria. Buah parijito yang
berwarna ungu memiliki ukuran kecil dan menggerombol di setiap tangkainya mirip
dengan buah kupa versi mini. Buah yang juga dijuluki sebagai anggur Asia ini konon
mengandung senyawa beta karoten, kardenolin, saponin dan flavonid yang
merupakan sumber antioksidan yang membantu meregenerasi sel dalam tubuh serta
dapat melawan radikal bebas yang mengganggu kesehatan termasuk organ
reproduksi. Sehingga buah dan sirup parijoto memiliki nilai jual yang cukup
tinggi.
Photo by : Dudu Kopi Inspirasi |
Setelah
melintasi lorong UMKM penjual oleh - oleh. Akhirnya Travelista sampai di masjid Sunan Muria. Segera Travelista berwudhu untuk menunaikan sholat Dhuzur. Tak
terlihat bentuk asli dari masjid peninggaln Sunan Muria ini kecuali bagian
mihrab yang dihiasi dengan piringan keramik kuno dengan kaligrafi tulisan Arab
yang konon merupakan bacaan wirid Sunan Muria.
Konon
sebelum bermukin di puncak gunung. Sunan Muria berpindah - pindah mencari tempat
yang lebih tenang untuk mendekatkan diri kepada Allah hingga akhirnya Sunan
Muria membangun masjid puncak bukit berbahan kayu dan beratap daun di puncak gunung Muria.
Sunan
Muria adalah sosok yang sederhana dan tidak suka dengan pujian. Konon SunanKudus pernah memuji masjid yang dibangun oleh Sunan Muria karena memancarkan sinar.
Namun karena pujian tersebut Sunan Muria lantas membakar masjid yang didirikan
kemudian membangun kembali dengan bentuk yang sama.
Photo by : Kemendikbud |
Dalam
menyebarkan agama Islam, Sunan Muria menggunakan pendekatan kultural seperti
yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Namun Sunan Muria lebih memilih tempat dakwah
ke daerah terpencil dan jauh dari pusat kota. Sunan Muria meninggalkan
kesultanan Demak yang dibangunnya bersama wali lainnya untuk hijrah mencari
ketenangan batin dan mendekat dengan rakyat pinggiran di saat Sunan Muria
berada dalam lingkaran kekuasaan.
Pemilihan
berdakwah di gunung Muria diyakini sebagai cerminan sifat Sunan Muria yang
tidak suka dengan popularitas serta pada waktu itu di lereng gunung Muria masih
banyak dihuni pemeluk agama Hindu dan Budha.
Metode
dakwah Sunan Muria tergolong moderat dan bisa Kita teladani dalam kehidupan
sehari - hari yaitu :
- Tapa Ngeli yakni menghanyutkan diri dalam masyarakat. Agar dapat berbaur dan lebih mudah menyampaikan ajaran Islam dengan masyarakat. Sunan Muria mengajarkan berbagai keterampilan bercocok tanam, berdagang hingga melaut.
- Mempertahankan wayang dan gamelan yang sudah membudaya sebagai media dakwah. Namun tetap memasukkan ajaran Islam di dalamnya.
- Sebagai budaya populer. Sunan Muria menciptakan tembang Sinom yang berisi ajakan untuk meneladani perilaku baik, berbakti kepada masyarakat dan negara, serta selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan tembang Kinanti merupakan nasihat agar tidak malas dalam meraih ilmu. Melalui tembang, masyarakat lebih mudah menerima serta mampu mengingat ajaran Islam yang terkandung di dalamnya untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari - hari.
- Karena mayoritas masyarakat di gunung Muria masih menganut kepercayaan turun temurun yang kental dan sulit diubah. Sunan Muria berdakwah dengan cara bijak dan tidak memaksa (Dakwah bil Hikmah). Namun dengan cara itulah Sunan Muria mendapat banyak simpati dari masyarakat.
- Tema dakwah tidak hanya soal ibadah. Sunan Muria juga mengajarkan bagaimana cara merawat bumi. Sunan Muria menekankan bahwa manusia diciptakan sebagai pemimpin di muka bumi yang di antaranya memiliki tugas mengelola alam secara arif dan bijaksana, bukan mengeksploitasi secara berebihan sehingga memusnahkan kehidupan makhluk hidup lainnya. Hal ini masih diterapkan hingga sekarang dengan masih lestarinya buah Parijoto yang banyak ditemukan di daerah gunung Muria.
- Falsafah Pagarono Omahmu Kanti Mangkuk yang artinya pagarilah rumahmu dengan mangkuk. Sebuah anjuran agar masyarakat gunung Muria ringan tangan dalam membantu siapa pun, terutama tetangga terdekat sehingga menguatkan solidaritas dan kerukunan hidup.
Sunan
Muria wafat pada tahun 1551 dan dimakamkan di bukit Muria yang dilindungi cungkup
berbentuk joglo. Selain makam Sunan Muria di dalam cungkup terdapat pula Dewi
Sujinah yang merupakan istri Sunan Muria dan putrinya yang bernama Dewi
Rukayah.
Photo by : Minu Baros |
Di
area akses keluar makam terdapat gentong air peninggalan Sunan Muria yang
berasal dari Sendang Rejoso tempat wudhu yang merupakan Sunan Muria. Biasanya Sobat
Piknik memanfaatkan air gentong ini untuk minum dan dibawa pulang karena
dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Photo by : Mr Halimi |
Setelah
minum air gentong yang menyegarkan. Saatnya Travelista kembali menuju terminal
bus pariwisata Sunan Muria. Karena ingin meresakan pengalaman yang berbeda maka
Travelista puntuskan untuk menuruni anak tangga dibandingkan naik ojek lagi.
Awalnya
Travelista hitung jumlah anak tangga yang Travelista tapaki. Namun lama – lama
lupa lagi. Hehehe…
Hal ini mengingatkan Travelista saat Piknik ke Gunung Putih Bulungan.
Tapi jumlah anak tangga di Gunung Muria lebih banyak dan cukup untuk membakar
kalori. Ya pantas saja santri Sunan Muria dikenal memiliki fisik yang sangat
kuat dalam berdakwah karena sudah terbiasa naik turun tangga. Hehehe…
Photo by : Minu Baros |
Karena
penasaran dengan pemandangan komplek makam Sunan Muria.
Travelista pun searching di internet untuk mengetahui gambaran kondisinya. Dan
didapatilah foto udara karya Yusuf nugroho dari Kantor Berita Antara. Hmmm…
pantas saja Travelista rada ngos – ngosan saat mengunjungi makam Sunan Muria.
Hehehe…
Source : Antara / Yusuf Nugroho |
Selesai sudah
piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
Menuruni
tangga kawasan wisata religi gunung Muria. Travelista merenungi nilai yang
diajarkan Sunan Muria bahwa :
- Ilmu yang kita miliki haruslah diamalkan. Karena ilmu yang bermanfaat adalah dapat meluruskan pemikiran dan memudahkan tindakan diri kita dan orang lain.
- Dalam bergaul janganlah memandang pangkat maupun kedudukan. Sebab setinggi apapun pangkat dan apapun kedudukan ? Kita sama akan di kebumikan juga.
Semoga
Travelista dapat menerapkan nilai yang diajarkan Sunan Muria agar Travelista
menjadi pribadi yang lebih baik. #Aamiin.
Komentar
Posting Komentar