Langsung ke konten utama

Berkeliling Tangerang Bersama Teman

Piknik kali ini Travelista mengunjungi kota industri Tangerang. Perjalanan dimulai dari stasiun kereta commuter line Sudirman, transit di stasiun Duri dilanjutkan dengan kereta jurusan Tangerang. Hanya perlu membayar Rp 3.000 untuk sampai ke stasiun Tangerang. Murahkan Sobat Piknik ?!

Meeting point Travelista adalah di masjid Agung Al Ittihad yang terletak persis di depan pintu keluar stasiun Tangerang. Kebetulan Travelista dan Sobat Piknik berangkat dari rumah masing – masing untuk langsung ketemuan di Tangerang.

Setelah sholat, perjalanan langsung dilanjutkan untuk mencicipi laksa Tangerang yang ada di jalan Muhammad Yamin. Travelista naik angkot R03A jurusan pasar Anyar – Serpong dari depan masjid Al Ittihad lalu turun di depan CFC sebelum mall Tangerang City.

Di sini adalah sentra kuliner laksa Tangerang. Karena Travelista belum pernah riset tentang laksa di kawasan ini, sehingga Travelista sedikit kebingungan mau makan di kedai yang mana ? Hingga akhirnya pilihan jatuh pada laksa Bang Kumis Bewok. 

Loh, kanapa pilih laksa Bang Kumis Bewok ? Karena di kedainya terdapat spanduk dengan beberapa logo TV swasta. Nah, berarti kedai ini pernah diulas pakar kulier karena rasanya. Sebuah alasan yang simple dan masuk akal kan ya Sobat Piknik ?! Hehehe…

Saat laksa tersaji, Travelista rada heran. Loh kok ini nggak ada nasinya ? Mana kenyang ? Tanya Travelista dalam hati. Spontan Travelista pesan nasi kepada Bang Kumis. "Bang nggak ada nasinya ?" Bang Kumis pun menjawab "Lah, laksa mana ada pake nasi bang ? Mie laksa ini dari tepung beras" #Jadimalu. Hehehe...

Setelah menikmati kuliner khas pembuka, Travelista kembali ke arah stasiun Tangerang dengan menaiki angkot yang sama. 

Sesampainya di jembatan yang ada di belakang masjid Al Ittihad, Trevelista sempatkan untuk berjalan menyusuri Cisadane Walk yang ada di sisi aliran sungai Cisadane.

Setelah ambil beberapa foto. Travelista mencari angkot yang dapat mengantar Travelista ke pintu air Sepuluh yang terletak di jalan KS Tubun. Setelah bertanya kepada Sopir Angkot, Travelista diarahkan untuk naik angkot warna ungu dan turun di depan pintu air Sepuluh.

Hanya butuh waktu sekitar 20 menit dengan ongkos Rp 4.000 Traveslita tiba di depan pintu air Sepuluh. Sebuah bangunan kokoh membentang di tengah aliran sungai Cisadane yang dibangun pada tahun 1927 oleh Belanda sebagai sarana irigasi lahan pertanian di wilayah Tangerang pada waktu itu dan hingga kini masih berfungsi dengan baik. 

Di pintu air ini Sobat Piknik dapat melihat berbagai aktivitas warga seperti memancing dan menjala ikan.

Angin sepoi – sepoi ditambah percikan air bendungan, akan membuat Sobat Piknik merasa kantuk. Eit’s !!! Tapi hati – hati itu godaan ! Bisa berbahaya kalau Sobat Piknik tidur beneran. Bisa tercebur ke bendungan. Hehehe...

Travelista rasa sudah cukup mengunjungi tempat bersajarah ini. Sekarang waktunya cari makanan yang bisa membuat mata segar. Pilihannya jatuh pada asinan Tangerang yang dijual di gerobak dengan tenda sederhana yang mangkal di depan gedung perawatan pintu air Sepuluh.

Segarnya sayuran dipadu dengan rasa asam, sawi asin, pedas cabai plus bumbu kacang membuat mata jadi segar. Ditambah lagi Sobat Piknik dapat menikmatinya di tepi anak sungai Cisadane menambah sensasi tersendiri. 

Untuk menikmati sepiring asinan khas Tangerang ini Sobat Piknik dapat membayar Rp 20.000 perporsi. 


Bersambung ke artikel : Lost in Tangerang...

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Berziarah ke Makam Kakek Pendiri Kesultanan Banjar

Biasanya Travelista menuju Kantor Cabang di Provinsi Kalsel bagian hulu melalui jalan kota Martapura. Tapi karena terjadi kemacetan, Travelista dibawa Personil cabang melintasi kota Martapura via jalan tembus yang membelah perkebunan sawit yang belum terlalu rimbun. Sambil menikmati pemandangan perkebunan sawit, mata Travelista tertuju pada papan petunjuk yang tadi terlewat. Segera Travelista meminta Personil cabang putar balik untuk singgah sejenak di tempat yang ternyata makam Pangeran Sukamara. Area pemakaman cukup luas dan kelihatannya sih, masih banyak yang belum ditempati #jadibingungmaksudkatabelumditempati? Hehehe… Karena udara luar cukup terik, maka segera Travelista menuju cungkup makam Pangeran Sukarama yang di design layaknya sebuah langgar.  Terdapat cukup banyak makam warga yang dikebumikan di area depan dan belakang makam Pangeran Sukarama yang berada di dalam ruang bersama dua makam pangeran yaitu Pangeran Angsana dan Pangeran Jangsana yang tertulis wafat tahun 1322...

Mengunjungi Sisa Situs Candi Hindu di Pulau Kalimantan

Kali ini Travelista sedang berada di Kota Amuntai yang merupakan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sebuah kawedanan yang sudah terbentuk sejak jaman hindia belanda bahkan sudah dikenal sejak jaman kerajaan Hindu Majapahit yang melakukan ekspansi ke seluruh Nusantara. Dengan luas sekitar 291 km² kota Amuntai cukup ramai terutama di sepanjang jalan A Yani dan Norman Umar yang merupakan pusat pemerintahan, tidak jauh dari aliran sungai Tabalong yang pernah menjadi urat nadi transportasi Amuntai jaman dulu. Kini bantaran sungai Tabalong kota Amuntai ditata lebih rapi dengan menghadirkan tugu itik Alabio sebagai ikon kota. Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa Amuntai identik dengan itik Alabio yang bernama latin Anas Plathycus Borneo. Fauna endemik yang berasal dari desa Mamar Amuntai Selatan yang banyak dijajakan di pasar unggas Alabio. Photo by : Siran Masri Photo by : Henker Dari tugu itik Alabio, Travelista teruskan berjalan menuju jalan Batung Batulis untuk mengunjungi situs candi ...

Wajah Baru Banten Lama

Hampir lima tahun lamanya Travelista tidak piknik ke Banten. Kali ini ada kerinduan yang memanggil untuk berziarah tempat yang pernah menjadi pusat penyebaran islam di bagian barat pulau Jawa. Travelista berangkat dari rumah untuk menunggu bus jurusan Merak di halte rumah sakit Harapan Kita. Dari sini banyak operator bus yang dapat mengantarkan Sobat Piknik menuju Banten. Kalau lima tahun lalu tarif bus adalah Rp 25.000 sekarang tarif bus menjadi Rp 45.000. Selain faktor inflasi, kebijakan jaga jarak di kala pandemi menjadi alasan operator bus menaikan tarif karena berpengaruh terhadap tingkat keterisian dan biaya operasional. #Harapmaklum. Waktu tempuh dari rumah sakit Harapan Kita ke terminal Pakupatan Serang sekitar 2 jam. Dari terminal ini Sobat Piknik dapat naik angkot jurusan terminal Pakupatan – pasar Rau dengan waktu tempuh sekitar 25 menit. Kalau dulu ongkosnya Rp 4.000 sekarang ongkosnya Rp 5.000. Ah, tidak apa ! Cuma naik Rp 1.000 dari tarif lima tahun lalu. Hehehe... Setela...