Langsung ke konten utama

Mengunjungi Museum Timah

Hari terakhir di pulau timah, Travelista sempatkan untuk berburu cemilan khas Bangka di pasar pagi Pangkal Pinang. Terdapat banyak aneka kue basah di pasar ini seperti kue talam, kue gandus, kue rangai, kue bugis, kue jongkong, lempok, bubur kacang merah dan lain sebagainya. Semua Trevelista beli satu untuk menghilangkan rasa penasaran di lidah. Hehehe…

Hari masih pagi, Travelista balik ke hotel dulu untuk packing sebelum pulang ke Jakarta nanti sore. Setelah pakcing dan sarapan selesai, Travelista sempatkan untuk berkunjung ke museum timah Indonesia. Belum lengkap rasanya kalau ke Bangka tanpa ke museum ini.

Museum yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani ini merupakan rumah dinas pejabat perusahaan tambang timah belanda yaitu Banka Tin Winning. 

Rumah ini juga pernah menjadi lokasi perundingan Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Australia sebagai wakil Indonesia, Belgia sebagai wakil Belanda dan Amerika Serikat sebagai penengah. 

Hasil dari perundingan ini adalah diselenggarakannya perundingan Roem Roijen di Jakarta yang berujung pada penyerahan kedaulatan Republik Indonesia ke Yogyakarta.

Sebenarnya tujuan Travelista ke museum ini untuk mengetahui sejarah penambangan timah yang dimulai sejak abad ke-17 di masa Kesultanan Palembang, kolonial belanda hingga di kelola oleh PT Timah Tbk. 

Tapi sayang, saat Travelista berkunjung, museum sedang dalam tahap renovasi. Sehingga Travelista tidak dapat melihat benda koleksi yang ada di dalamnya. Hmmm…

Ya sudah, dibagian luar museum ini masih terdapat koleksi yang dapat dinikmati seperti lokomotif pengangkut timah dan kuali pengayak timah. Yang tentu sudah tidak digunakan dalam industri pertambangan saat ini.

Masih banyak waktu tersisa, karena schedule di museum timah tidak banyak terpakai. Hmmm… Mau ke mana lagi yah ?! Hmmm… Coba call a friend saja. Ngajak Sobat Karib untuk temani piknik di sisa waktu ini. Travelista sudah tidak punya ide lagi karena itenerary sudah tercapai semua.

Early check out dari hotel, titip tas di rumah Sobat Karib, lalu pergi ke pelabuhan Pangkal Balam untuk melihat proses bongkar muat kapal dan juga berkunjung ke Tempat Pelelangan Ikan Ketapang.

Dari sini Sobat Piknik dapat menyaksikan naik turunnya jembatan Emas pada saat ada kapal yang melintas. Hmmm… Sebuah peristiwa langka yang dapat Sobat Piknik saksikan dari tempat ini.

Beranjak dari pelabuhan Pangkal Balam, Travelista sempatkan makan mie Bangka halal referensi dari Sobat Karib Travelista. 

Mie ayam Fina yang berada di jalan KH Mustofa di depan SMP Negeri 1 Pangkal Pinang. Tidak lengkap rasanya untuk tidak mencicipi makanan ini di daerah asalnya. Ya iyalah, di Jakarta saja Travelista selalu cari mie ayam Bangka, masa di Bangka nggak nyobain mie ayam Jakarta. Hehehe…

Sekarang waktunya untuk belanja oleh – oleh. Saat mencari tempat kedai penjual oleh – oleh khas Bangka, pandangan Travelista selalu tertuju pada sebuah gedung tua megah bergaya Melayu – Tiongkok yang cukup sering Travelista lalui selama di kota Pangkal Pinang. 

Gedung tua bercat kombinasi putih, hijau dan kuning ini merupakan House of Lay. Sebuah rumah tua milik keluarga Lay Fung Dju yang konon dibangun pada tahun 1860 dan merupakan rumah pertama yang berdiri di kota ini.

Masih ada satu kuliner yang belum dilengkapi dalam itinerary yaitu otak – otak Bangka. Banyak penjual otak - otak di Pangkal Pinang salah satunya Ase yang terletak di jalan Kampung Bintang. 

Saat Travelista order, langsung disuguhkan 2 jenis otak – otak rasa ikan tenggiri dan udang. Soal rasa, jangan ditanya ! JUARA !!! 

Kenyal adonan dan rasa ikan tenggirinya benar - benar JUARA !!! Dipadu dengan sabal cabai atau sambal terasi, bikin lidah ketagihan. Jadi pengen lama – lama ngunyahnya. Hmmm… JUARA !!! 

Selain otak – otak aneka rasa, Sobat Piknik juga akan disuguhkan aneka pempek dan uyen  atau talas goreng. Setelah mencicipi semua hidangan yang tersaji, cuma ada satu kata yang terucap dari mulut Travelista kepada Istri tercinta. Bungkus Dek !

Nah tinggal tersisa satu penganan khas Bangka yang wajib dibawa pulang. Yaitu kerupuk Bangka atau sering disebut kemplang. 

Berbahan ikan tenggiri atau cumi, kemplang adalah salah satu icon kuliner Bangka, selain itu ada kritcu atau kerupuk telur cumi, kue rintak atau kue sagu, getas atau kemplang mini, serta lempok atau dodol durian. Semuanya mudah ditemukan di sepanjang jalan Sudirman Pangkal Pinang.

Mission was completed. Kini saatnya pulang membawa kenangan yang tak akan habis untuk diceritakan dan dibagi kepada siapa saja yang memerlukan.



Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...

Pesan moral :
  1. Salah satu kunci percepatan ekonomi adalah kreatifitas. Pemanfaatan lahan tidur bekas galian tambang seperti yang ada di BBG dengan konsep zero waste nya. Merupakan sebuah langkah brilian yang bisa menjadi memajukan ekomoni suatu daerah. Rasanya konsep zero waste ini patut diterapkan di beberapa bekas galian tambang yang ada di Nusantara. Dan tentu harus dibuat tema tersendiri di setiap kawasan sehingga ada pembeda antara kawasan yang satu dengan kawasan yang lain.
  2. Peran program KKN itu sangat penting, ide dan visi mahasiswa untuk berbuat sesuatu dan memberikan sesuatu kepada masyarakat perlu di apresiasi oleh kita semua. Sebagai contoh yang terjadi di pantai Takari, merupakan buah ide dan visi dari mahasiswa. Sebuah ide sederhana yang bermanfaat bagi orang banyak.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Mengunjungi Etalase Budaya Lampung

Seminggu di kota Bandar Lampung. Diisi kesibukan dengan kerja, kerja dan kerja. Pulang kantor hanya diisi dengan cari kuliner malam ditemani driver ojek online dan nongkrong di tugu Adipura.  Kenapa nongkrong di situ ? Ya, karena kebetulan hotel tempat Travelista menginap ada di sekitar tugu tersebut. Hehehe... Seminggu sudah waktu berlalu, tiket balik ke Jakarta sudah dibooking dengan jadwal penerbangan sore hari. Masih ada sedikit waktu untuk mencari oleh – oleh khas Lampung dan berkunjung ke spot wisata di tengah kota agar tidak terlambat ke bandara.   Yuks, segera bergegas cari oleh - oleh khas. Kalau di Lampung, ya apalagi kalau bukan keripik pisang.  Salah satu sentra penjualan keripik pisang di kota Bandar Lampung terdapat di jalan Pagar Alam Kedaton. Di Sepanjang jalan ini, Sobat Piknik akan dengan mudah menemui kedai penjual keripik pisang yang sudah dibungkus maupun dalam keadaan curah.  Satu hal yang membuat asik belanja di sini adalah Sobat Piknik dapat mencicipi se

Berwisata Sambil Belajar di Jatim Park 1

Belajar tak kenal usia. Ya begitulah kira – kira ungkapan mengenai pentingnya menuntut ilmu walau ia tak salah. Hehehe...  Kali ini Travelista akan berwisata sambil belajar.  Seperti biasa, Travelista naik angkot dari kota Malang ke terminal Arjosari dengan rute ADL (Arjosari – Dinoyo – Landungsari). Sesampainya di terminal Landungsari, Travelista teruskan dengan angkot rute BJL (Batu – Junrejo / Tlekung – Landungsari) yang berwarna kuning muda. Travelista pilih yang BJL karena trayek nya melalui Batu Night Spectacular - Batu Secret Zoo – Jatim Park 2 – Oro oro Ombo - Dewi Sartika Atas – terminal Batu. Tuh, banyak objek wisata yang dilalui kan ?!   Dari perempatan jalan Dewi Sartika Atas, Sobat Piknik dapat berjalan sekitar 500 meter menuju museum Bagong dan Jatim Park 1. Kata sopirnya sih kalau penumpangnya banyak, dia mau antar sampai ke depan Jatim Park 1 dengan menambah ongkos Rp 2.000. Oya, ongkos dari kota Malang ke terminal Arjosari adalah Rp 4.000 dan ongkos dari termi

Mengunjungi Sisa Situs Candi Hindu di Pulau Kalimantan

Kali ini Travelista sedang berada di Kota Amuntai yang merupakan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sebuah kawedanan yang sudah terbentuk sejak jaman hindia belanda bahkan sudah dikenal sejak jaman kerajaan Hindu Majapahit yang melakukan ekspansi ke seluruh Nusantara. Dengan luas sekitar 291 km² kota Amuntai cukup ramai terutama di sepanjang jalan A Yani dan Norman Umar yang merupakan pusat pemerintahan, tidak jauh dari aliran sungai Tabalong yang pernah menjadi urat nadi transportasi Amuntai jaman dulu. Kini bantaran sungai Tabalong kota Amuntai ditata lebih rapi dengan menghadirkan tugu itik Alabio sebagai ikon kota. Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa Amuntai identik dengan itik Alabio yang bernama latin Anas Plathycus Borneo. Fauna endemik yang berasal dari desa Mamar Amuntai Selatan yang banyak dijajakan di pasar unggas Alabio. Photo by : Siran Masri Photo by : Henker Dari tugu itik Alabio, Travelista teruskan berjalan menuju jalan Batung Batulis untuk mengunjungi situs candi Hind