Selain kawasan kota lama,
gedung peninggalan kolonial populer di Semarang adalah kawasan Lawang Sewu.
Sebuah komplek gedung yang mulai dibangun pada tahun 1904. Dulunya komplek ini
merupakan kantor pusat perusahaan kereta api belanda di Semarang yaitu
Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij yang kini pengelolaannya diserahkan
kepada PT Kerata Api Indonesia.
Terletak di seberang tugu muda atau Wilhelmina plein, tugu yang tepat menghadap Lawang Sewu ini dibuat untuk mengenang jasa para Pejuang Kemerdekaan yang gugur dalam pertempuran lima hari melawan tentara jepang pada tanggal 15 – 19 Oktober 1945 yang menewaskan sekitar 2.000 Pejuang Kemerdekaan dan sekitar 850 tentara jepang.
Terletak di seberang tugu muda atau Wilhelmina plein, tugu yang tepat menghadap Lawang Sewu ini dibuat untuk mengenang jasa para Pejuang Kemerdekaan yang gugur dalam pertempuran lima hari melawan tentara jepang pada tanggal 15 – 19 Oktober 1945 yang menewaskan sekitar 2.000 Pejuang Kemerdekaan dan sekitar 850 tentara jepang.
Bekas makam para Pejuang tersebut dapat Sobat Piknik temukan di area depan Lawang Sewu dengan penanda berupa potongan rel yang dibenamkan.
Untuk masuk ke kawasan Lawang Sewu, Sobat Piknik akan
dikenakan biaya sebesar Rp 10.000 untuk Sobat Piknik dewasa dan Rp 5.000 untuk
Sobat Piknik anak – anak dengan jam operasional 07.00 – 21.00 WIB setiap
harinya.
Setelah membayar tiket masuk, Sobat Piknik akan diberikan sebuah tiket
layaknya tiket kereta ekonomi untuk ditempelkan di akses pintu masuk Lawang
Sewu.
Memasuki
ruang gedung A atau gedung utama, Sobat Piknik akan disambut maket Lawang Sewu
sebagai panduan dalam menyusuri setiap sudut Lawang Sewu agar tidak salah
keluar masuk pintu yang jumlahnya banyak sekali. Hehehe…
Di maket ini Sobat
Piknik dapat mengetahui bahwa kawasan Lawang Sewu terdiri dari 5 gedung yaitu
gedung A, B, C, D dan E yang dapat segera Sobat Piknik kunjungi.
Gedung A di design memiliki banyak ruang, sehingga untuk mengunjungi
setiap ruang, Sobat Piknik harus menyusuri lorong panjang namun terdapat banyak akses di kanan dan kiri lorong yang tembus ke setiap ruang yang ada. Di gedung
A juga terdapat sebuah lobby yang hanya dibuka dalam waktu tertentu saja lengkap
dengan meja dan kursi tamu.
Di depan lobby tersebut terdapat sebuah prasasti yang
dibuat untuk mengenang Direktur Nederlands Indische Spoorweg
Maatschappij pertama yaitu GC Daum yang berdiri searah
dengan tangga menuju lantai dua yang terpasang kaca patri yang indah.
Kaca patri ini akan memancarkan keindahannya saat lukisan tertembus
sinar matahari yang sangat cocok untuk Sobat Piknik jadikan background berfoto
saat berkunjung ke Lawang Sewu. Selain simbol tentang keindahan ragam hayati dan kemakmuran tanah
Jawa.
Tampak pula figur Dewi Fortuna sebagai simbol keberuntungan
dan Dewi Venus simbolis dewi cinta yang mengapit roda terbang simbol Nederlands
Indische Spoorweg Maatschappij. Adapun makna dari simbol – simbol tersebut adalah perusahaan berharap
agar selalu dinaungi keberuntungan dan keselamatan.
Di
gedung A, Sobat Piknik juga dapat melihat pameran foto stasiun tua yang tumbuh
seiring dengan perkembangan perkeretaapian di Indonesia seperti stasiun
Bondowoso yang dibangun pada tahun 1897 yang terkenal dengan tragedi gerbong
maut, stasiun Gundih di Grobogan yang dibangun pada tahun 1869, stasiun SCS
Tegal yang dibangun pada tahun 1897, dan tiga buah stasiun tua yang berada di
Batavia yaitu stasiun Tanjung Priok, stasiun Jakarta Kota dan stasiun Pasar
Senen.
Di ruang ini juga memanjang koleksi foto sejarah pengoperasian trem listrik
Jakarta yang beroperasi pada tahun 1899.
Selain
menikmati koleksi foto sejarah perkeretaapian, Sobat Piknik dapat melihat koleksi
seragam masinis lengkap dengan rambu perekerataapian, miniatur stasiun klasik, aneka
lokomotif dan gerbongnya serta berbagai koleksi berbagai peralatan printing
tiket kereta kuno yang pernah digunakan.
Selain itu di salah satu ruang gedung
A, Sobat Piknik dapat menyaksikan film dokumenter tentang sejarah
perkeretaapian di Indonesia.
Setelah menyusuri semua pintu dan lorong di gedung A, Sobat
Piknik dapat langsung mengunjungi gedung B, yang merupakan gedung tambahan yang
dibuat oleh Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij untuk menepatkan pegawai golongan Bumiputra seiring dengan
berkembangnya perusahaan.
Berbeda dengan gedung A yang memiliki banyak sekat sehingga
lorongnya terkesan sempit, gedung tambahan ini hanya terdapat lorong lurus di
tengah bangunan. Sebagai sekat antar ruang, dibuatkan partisi tembok dengan
pintu pintasan sebagai akses untuk para pegawai berpindah ruang. Sehingga menjadikan
gedung B terlihat lebih luas dibandingkan gedung A.
Keunikan lainnya yang dapat Sobat Piknik temukan di gedung B
adalah sebuah ruang bawah tanah tempat pembuangan dan penampung air saat banjir
rob melanda kota Semarang. Sehingga menjadikan gedung ini tetap dingin walau
musim kemarau melanda.
Dan pada perjalanan sejarah, ruang bawah tanah tersebut sempat
dijadikan penjara bagi para Pejuang Kemerdekaan pada masa penjajah jepang.
Akses ruang bawah tanah tersebut ada di bagian depan gedung B dan Sobat Piknik
dapat masuk ke dalamnya dengan didampingi oleh Tour Guide.
Seperti yang Travelista sebutkan tadi bahwa di gedung B
terdapat partisi tembok dengan pintu akses sejajar antar ruang yang banyak
sekali menjadikan gedung B menjadi salah satu spot instagramable bagi Sobat
Piknik yang berkunjung ke Lawang Sewu.
Satu lagi ruang tersembunyi yang dapat Sobat Piknik temukan
di gedung B yaitu sebuah loteng yang dulunya digunakan untuk menyimpan arsip
perusahaan. Sobat Piknik dapat mengaksesnya dari tangga besi di bagian belakang
gedung B. Walaupun dinamakan loteng, tinggi dan luasnya seperti aula.
Nampaknya dulu sang Arsitek sudah memperhitungkan tingkat pencahayaan dan sirkulasi udara
yang dibutuhkan agar setiap arsip yang disimpan tidak mudah rusak oleh
lembabnya cuaca daerah tropis.
Di bagian belakang gedung B terdapat toilet yang masih
menggunakan urinoir porselen orisinil buatan Van der Berg Amsterdam.
Berbeda dengan urinoir masa kini, urionir tempo dulu jauh lebih tinggi dan lebar. Saat
Travelista mencobanya banyak sekali space tersisa. Nampaknya perawakan orang
eropa tinggi besar sehingga membuat urinoir sebesar dan setinggi ini. Hehehe…
Di bagian luar gedung B terdapat tungku pembakaran sampah dan
rak untuk menyadarkan sepeda di kala itu.
Nampaknya perusahaan telah memikirkan
setiap kebutuhan para pegawainya mulai dari sarana untuk mendukung terciptanya lingkungan
kerja yang bersih hingga kebutuhan untuk memarkir kendaraan yang dipakai
pegawai dari rumah menuju kantor.
Di antara gedung A dan gedung B terdapat gedung C yang
merupakan bangunan yang pertama kali dibangun di kawasan Lawang Sewu. Di gedung
yang mulai dibangun pada tanggal 27 februari 1904 ini Sobat Piknik dapat
melihat proses pemugaran kawasan Lawang Sewu yang dimulai pada tanggal 28
september 2009.
Di gedung C ini dipamerkan foto proses pemugaran yaitu foto kondisi
saat Lawang Sewu belum dipugar, saat dipugar hingga foto kondisi Lawang Sewu
setelah dipugar. Sobat Piknik dapat amati setiap prosesnya pada sebuah papan yang
dibentuk dengan permukaan bergelombang.
Di gedung berlantai dua ini Sobat Piknik juga dapat melihat
sebuah lift barang kuno dengan sistem katrol yang dulunya digunakan untuk
mengangkut barang ke lantai dua.
Di sini juga Sobat Piknik dapat melihat tuas Alkmaar
untuk menggerakan wesel dan palang sinyal perlintasan yang digerakkan secara
manual serta mesin pencetak karcis kereta tempo dulu yang kini fungsinya
tergantikan oleh teknologi digital printing.
Di sini
Sobat Piknik juga dapat mengetahui bahwa gedung yang ada di kawasan Lawang Sewu
dibangun tanpa menggunakan semen, melainkan dengan menggunakan campuran material
pasir, kapur dan batu bata merah dalam komposisi tertentu.
Karena Lawang Sewu
merupakan benda cagar budaya. Maka setiap proses pemugarannya pun harus dilakukan
dengan sangat hati – hati agar tidak merusak keaslian dan keutuhan bangunan.
Di sini juga Sobat Piknik dapat mengetahui bagian mana saja
yang dipugar dan part mana saja yang diganti. Selain itu di sini ruang pamer
gedung C dibuat etalase penyadingan part orisinil buatan Canoy Herfkens - Co
Amsterdam dan part replika dan alasan penggantian dari part tersebut.
Terdapat
juga etalase yang memajang aneka bahan alami yang digunakan dalam proses
pengawetan kayu Lawang Sewu seperti letrek, tembakau, pelepah pisang, sirlak
dan cengkeh. Semua dapat Sobat Piknik lihat di gedung tertua kawasan Lawang
Sewu ini.
Selesai sudah
piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
Setiap
bangunan bersejarah jika dirawat dan dilestarikan akan menggugah rasa ingin
tahu tentang kehidupan di masa lalu sebagai acuan berbuat lebih baik lagi di saat ini dan masa depan nanti.
Komentar
Posting Komentar