Kebetulan Travelista sedang ada kegiatan di dekat stasiun Malang Kota. Setelah kegiatan selesai, Travelista sempatkan untuk mengunjungi sebuah alun - alun yang terletak di depan balai kota Malang.
Taman berbentuk bundar ini dibangun pada tahun 1919
yang kemudian disusul dengan pembangunan balai kota di tahun 1927. Kala itu taman
bundar diberi nama JP Coen plein sebagai bentuk penghormatan kepada JP Coen mantan
gubernur hindia belanda.
Taman yang ditata dengan berbagai jenis tanaman berbunga indah ini dilengkapi kursi untuk memanjakan Sobat Piknik yang datang berkunjung. Selain itu, terdapat juga aneka lampu hias dengan bentuk bunga aneka warna yang menambah apik taman di tengah kota Malang ini.
Di tengah taman terdapat sebuah tugu yang dibangun pada tanggal 17 Agustus 1946. Namun tugu kemerdekaan tersebut dihancurkan saat terjadi agresi militer belanda I tahun 1947 yang kemudian dibangun kembali dan diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun 1953 serta dikukuhkan menjadi logo kota Malang pada tahun 1970.
Tugu berbentuk bambu runcing di tengah kolam teratai melambangkan
keberanian dan kesucian. Tugu kemerdekaan didirikan di atas pondasi yang
berjumlah 17, tangga berbentuk bintang sebanyak 8 tingkat serta anak tangga berjumlah
4 dan 5 melambangkan tanggal kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Dari
alun - alun tugu bundar, Travelista berjalan sekitar 500 meter menuju depot pangsit mie
pangsit bromo pojok untuk ngemil mie pangsit. Soalnya di kegiatan tadi,
Travelista sudah kenyang dengan nasi kotak. Jadi Travelista harus menghindari
makan berat. Makanya Travelista pilih mie pangsit. Hehehe…
Berbagai
menu mie ditawarkan di kedai yang konon sudah berdiri sejak 1983 ini. Di
antaranya adalah pangsit mie jawa, lada hitam, udang pedas, ayam jamur dan
shitake. Travelista penasaran dengan menu pangsit mie lada hitam karena baru
dengar menu mie yang satu ini. Segera Travelista pesan satu porsi plus es
campur artistik leci yang jarang juga Travelista temukan. Hmmm… Tidak sabar
menunggu pesanan datang !
Setelah
menunggu beberapa saat, akhirnya pesanan Travelista pun datang. Segera atur
posisi makanan untuk segera difoto lalu baca doa sebelum makan. Hehehe…
Berbeda dengan mie ayam yang biasa Travelista makan. Toping ayam yang digunakan bukan dengan bumbu kecap melainkan disangrai kering tanpa kecap sehingga warnanya putih. Mie pun diberikan selembar daun selada sebagai pengganti daun sawi.
Di mangkuk terpisah disajikan kuah kaldu bening dan gurih yang akan
segera Travelista tuang ke dalam mangkuk mie. Di icip – icip, bumbunya memang berbeda
dan sangat khas. Setelah di aduk rata. Hmmm… JUARA…!!! Rasanya JUARA !!! Inilah
mie ayam terenak yang pernah Travelista makan se Indonesia ! Sungguh JUARA…!!!
Tampilan
es campurnya pun artistik sesuai dengan namanya. Rasa manis dan segar menghapus
rasa gurih dan enak dari mie yang Travelista makan. Hehehe…
Sebelum kembali ke Surabaya melalui stasiun Malang Kota,
Travelista kembali alun – alun tugu bundar kota Malang untuk melihat keindahannya di malam
hari. Soalnya tadi siang Travelista lihat taman ini dilengkapi dengan lampu hias
yang pasti indah saat menyala di tengah gelap.
Waktu
sudah hampir mendekati jadwal keberangkatan kereta ke Surabaya. Segera Travelista menuju ke
stasiun dan mengakhiri piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
Pendirian tugu bukan tanpa makna, tugu sudah sejak dulu dijadikan sebagai simbol atau penanda suatu peristiwa agar selalu dikenang oleh generasi yang akan datang, Oleh karena itu, kita sebagai generasi yang dimaksud jangan sampai tidak tahu makna yang terkandung pada tugu yang kita kunjungi.
Komentar
Posting Komentar