Langsung ke konten utama

Berburu Kuliner Khas Kota Tanjung Selor

Berbeda dengan malam hari. Saat Travelista mencari sarapan di Kulteka. Tak ada kedai yang buka ! Wah, nyari sarapan ke mana lagi nih ?! Masa ngator nggak nyarap ?! Eh, sarapan ! Hehehe...

Tak ada pilihan ! Opsi terakhir harus digunakan ! Call a friend. Travelista hubungi Personil cabang untuk bantu cari sarapan khas di kota ini. Dan akhrinya, Travelista menemukan salah satu kuliner khas Tanjung Selor. 

Nasi kuning ! Secara rasa, nasi kuning Tanjung Selor mirip – mirip dengan nasi kuning di tempat lain. Bedanya nasi kuning Tanjung Selor rasa santanya lebih terasa dan sambal ikan haruan yang dicampur sangrai kelapa membuat rasanya menjadi khas.

Sebelum berangkat kantor, Travelista sempatkan untuk blusukan ke Pasar Induk Tanjung Selor untuk mencari kuliner khas lainnya. 

Dan kuliner yang Travelista jumpai adalah elai, salah satu durian endemik Kalimantan. Kebetulan sekali Travelista datang saat musim elai di mulai, sehingga harganya belum terlalu tinggi. 

Saat Travelista berkunjung, harga yang ditawarkan bervariasi antara Rp 10.000 – Rp 50.000, tergantung kualitas dan ukuran. Durinya lebih tajam, aromanya tidak semenyengat durian, rasanya mirip durian mentah. Patut Sobat Piknik coba untuk mengobati rasa penasaran dan menambah ensiklopedi rasa.

Setelah mencicipi elai di pasar induk Tanjung Selor, Travelista langsung berangkat ke kantor. Ada hal menarik di kota Tanjung Selor saat pagi hari, jika di kota lainya kepadatan lalu lintas terjadi di jalan raya. 

Di Tanjung Selor kepadatan lalu lintas justru terjadi di sungai. Sebagai sungai terbesar di Kalimantan Utara, sungai Kayan memiliki peran penting bagi masyarakat kota yang dilintasi. Waktu tempuh dan efisensi biaya menjadi alasan kenapa jalur sungai menjadi pilihan utama di kota ini.

Selepas sholat jum’at di masjid Agung Istiqomah, sebelum mencari makan siang. Travelista sempatkan keliling kota Tanjung Selor yang tidak terlalu besar ini. 

Tujuannya adalah kantor gubernur Kalimantan Utara yang terletak di jalan Kolonel Soetadji. Trevelista rasa kurang lengkap jika berkunjung ke provinsi yang berbatasan langsung dengan negera tetangga ini tidak berfoto di kantor pusat pemerintahannya.

Mumpung berada di hari yang tepat, Travelista sempatkan untuk berziarah ke taman makam pahlawan Telabang Bangsa yang terletak di depan bandara Harapan Baru. 

Di sini dimakamkan para Pejuang yang berjasa membela tanah air di daerah Kabupaten Bulungan dan sekitarnya. Beranda terdepan negara Indonesia. Dari nisan dan tembok prasasti, menunjukkan bahwa Pejuang kemerdekaan yang dimakamkan di sini wafat di tahun 1964 ke atas.

Setelah berziarah, kini saatnya mencari menu makan siang. Mencari makanan khas Kalimantan ternyata lebih sulit dibandingkan dengan makanan khas Jawa. Ini Kalimantan atau Jawa sih ?! Hehehe… 

Makan siang kali ini Travelista putuskan ke warung makan Tuban 1 yang  terletak di jalan Durian Tanjung Selor. Menu yang dihidangkan di sini adalah khas Jawa Timur. 

Memang menu yang tersaji tak ada beda dengan warung yang ada di pulau Jawa. Tapi lauk yang dihidangkan fresh semua, seperti udang yang besar – besar, sambal telur puyuh dan oseng tudai cabe hijau atau kerang berdaging tebal khas Tanjung Selor. Travelista suka sekali dengan tudai ini, rasanya fresh, gurih dan pedas. JUARA !!!

Menutup kerja di akhir pekan, pencarian kuliner malam di kota ini akan Travelista tujukan ke Pujasera yang terletak di jalan Katamso, tepat di depan pelabuhan kontainer Kayan I. Pujasera ini hanya buka di malam hari. Di sini menjual aneka cemilan, pakaian baru maupun CAKAR ! CAp KARung alias pakaian bekas dari Malaysia. #WADUH !!!

Ini adalah salah satu pusat keramaian malam di kota Tanjung Selor. Dan di sini Travelista temukan lagi salah satu kuliner khas Tanjung Selor yaitu goreng cucuk. Apaan tuh !? Gorengan yang ditusuk, macam sate dan dicelup ke dalam wadah saus atau sambal kacang.



Sudah hampir jam 21:00 WITA waktunya pulang, karena kota sudah semakin sepi.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Pusat Pemujaan Kerajaan Tarumanegara

Sebenarnya sudah beberapa kali Travelista bertugas di pusat kota Karawang. Namun baru kali ini Travelista sempat mengunjungi situs percandian Batujaya yang lokasinya cukup jauh dari pusat kota. Karena benar – benar niat, maka Travelista naik KRL dari stasiun Manggarai ke stasiun Cikarang disambung motoran dengan Sobat Kantor yang bersedia mengantar Travelista ke situs percandian Batujaya. Hehehe… Dari stasiun Cikarang, jarak ke situs percandian Batujaya sekitar 30 km melalui jalan Sukatani - Cabang Bungin - Batujaya kemudian berbelok ke jalan raya candi Jiwa. Setelah motoran sekitar satu setengah jam dari stasiun Cikarang, akhirnya Travelista sampai gapura jalan raya candi Jiwa. Motor Travelista parkir di museum situs candi Batujaya yang diresmikan tahun 2006. Di dalam museum, Sobat Piknik dapat melihat artefak yang ditemukan saat ekskavasi di situs percandian Batujaya seperti manik - manik, potongan kayu, arca, votive tablet atau keping tanah liat berbentuk miniatur stupa, gerabah...

Berharap Terik di Citorek

Tak terasa sudah lebih dari setahun touring motor bareng Sobat Kantor berlalu. Kalau touring edisi sebelumnya disepakati PP dalam sehari. Maka touring kali ini disepakati untuk minta izin ke istri dan anak masing – masing agar dipebolehkan tidak pulang ke rumah karena  perjalanan ke Citorek harus dilakukan malam hari  demi menyaksikan fenomena negeri di atas awan saat matahari terbit. Touring dimulai hari jumat sore setelah jam pulang kantor. Check point pertama rumah Sobat Kantor yang ada di daerah Sawangan untuk dijamu makan malam . Setelah perut kenyang dan bersenda gurau hingga Jam 21:00. Maka perjalannya diteruskan menyusuri jalan raya Parung - Ciampea untuk menuju che ck point kedua di rumah Sobat Kantor yang ada di daerah Jasinga. Tepat jam 23:00 Travelista dan Sobat Kantor tiba di check point Jasinga untuk rehat sejenak dan ngemil tengah malam. Setelah mandi dan persiapan lainnya, tepat jam 03:00 dini hari, Travelista dan Sobat Kantor memulai perjalanan menuju Citorek ...

Melihat Miniatur Kalimantan Selatan di Dalam Sebuah Museum

Berkunjung ke museum sebelum melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya adalah hal yang bijak di tengah keterbatasan waktu sambil menunggu penerbangan. Di sela waktu tunggu kali ini Travelista sempatkan untuk mengunjungi museum Lambung Mangkurat yang terletak di jalan Ahmad Yani Kota Banjar Baru. Pertama kali didirikan pada tahun 1907 oleh pemerintahan hindia belanda untuk menyimpan temuan artefak purbakala di Kalimantan Selatan dengan nama museum Borneo namun fungsinya dihentikan saat tentara jepang mulai menduduki Kalimantan Selatan. Borneo museum in Bandjarmasin 1907 koleksi Tropen Museum Pada tanggal 22 Desember 1955 dengan koleksi barang - barang pribadi miliknya. Amir Hasan Kiai Bondan mencoba menghidupkan kembali museum Borneo yang diberi nama museum Kalimantan. Pada tahun 1967 bangunan museum dipugar dan diberi nama museum Banjar hingga dibangun gedung museum baru bergaya rumah Bubungan Tinggi modern yang diberi nama Lambung Mangkurat dan diresmikan kembali oleh Mendikbud D...