Langsung ke konten utama

Menepi di Gubah Al Haddad

Priok merupakan salah satu kawasan tersibuk di Jakarta. Padatnya iringan truk kontainer yang melintas dari dan ke arah terminal peti kemas pelabuhan untuk bongkar muat adalah penyebab kawasan ini selalu sibuk.

Tapi taukah Sobat Piknik bahwa di tengah sibuknya kawasan ini terdapat komplek makam tua yang berada di tepi laut Jakarta yang bertolak belakang dengan hiruk pikuk aktivitas bongkar muat di pelabuhan ?

Adalah makam Mbah Priok yang namanya di identikkan dengan nama daerah yang kini menjadi pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia.

Selain dengan kendaraan pribadi atau carteran. Bagi Sobat Piknik yang ingin berziarah dapat naik bus tingkat wisata BW 6 dengan rute Juanda – Makam Mbah Priok. Atau Sobat Piknik bisa naik KWK atau Jak Linko dari Terminal Tanjung Priok tujuan Bulak Turi, Rusun Sukapura, Cilincing atau Pulogebang yang melintas halte Mbah Priok. Dari halte tersebut Sobat Piknik teruskan dengan berjalan kaki sekitar 550 meter untuk mencapai komplek makam.

Makam mbah priok
Makam mbah priok
Setelah berjalan kaki sekitar 10 menit, akhirnya Travelista tiba di bagian depan komplek makam yang terhalang oleh rimbun pepohonan. Nampak rombongan Sobat Piknik di sisi bus carteran yang berasal dari luar kota sedang menunggu sebagai lainnya yang belum selesai berziarah.

Makam mbah priok
Memasuki area makam, suasana teduh dan sunyi melingkupi area ini. Berbeda sekali dengan suasana di halte tadi. Berjalan di dalam koridor, Sobat Piknik akan melewati sebuah relief air terjun mini yang sumber airnya berasal dari mata air tawar di tepi laut. Konon air yang dapat Sobat Piknik langsung minum ini memiliki khasiat seperti air zam - zam.

Dan hal unik yang menyita perhatian Travelista di relief air terjun mini ini adalah patung lumba – lumba yang berada di tengah kolam. Konon hal tersebut tak lepas dari kisah pelayaran Habib Hasan Al Haddad dari Palembang ke pulau Jawa untuk berziarah ke makam Sunan Gunung Jati dan Sunan Ampel dihadang pasukan belanda tapi berhasil selamat.

Namum kapal yang ditumpangi Habib Hasan Al Haddad karam dihempas badai. Selama beberapa hari Habib Hasan Al Haddad mampu bertahan dengan bertumpu pada sebilah dayung yang patah dan sebuah periuk nasi. Karena terlalu lama terombang – ambing di lautan, Habib Hasan Al Haddad pun sakit dan meninggal sebelum sampai ke daratan. Jenazahnya digiring kawanan lumba - lumba hingga tepi pantai.

Di daratan, jenazahnya dimakamkan dengan penanda kayu dayung yang kemudian tumbuh menjadi pohon tanjung dan diletakkan pula periuk yang menemaninya di laut namun periuk tersebut terbawa ombak kembali ke lautan.

Demikianlah folklore yang beredar tentang sosok Habib Hasan Al Haddad yang saat ini dikenal sebagai Mbah Priok.

Makam mbah priok
Di balik relief air terjun, terdapat sebuah lorong untuk menuju ruang aula makam. Sobat Piknik ikuti saja lorong tersebut hingga sampai di aula makam.

Makam mbah priok
Makam mbah priok
Di tengah ruang aula terdapat sebuah ruang berbentuk persegi yang menaungi makam Mbah Priok dan beberapa makam lain seperti Habib Zen dan Habib Ahmad Al Haddad. Di ruang inilah biasanya Sobat Piknik berziarah melakukan doa bersama kehadirat Tuhan YME.

Konon makam Mbah Priok yang kini Sobat Piknik ziarahi adalah makam yang dipindahkan dari lokasi sebelumnya karena pembangunan kawasan pelabuhan Tanjung Priok di jaman belanda setelah berkali - kali upaya pemindahan makam selalu mengalami kegagalan dan baru berhasil setelah memanggil ahli waris Habib Hasan Al Haddad atau Mbah Priok dari kota asalnya yaitu Palembang.

Namun ada pula yang mengatakan bahwa makam Mbah Priok sudah dipindahkan ke TPU Semper sejak tahun 1997 karena pengembangan pelabuhan Tanjung Priok.

Dan masih Travelista ingat bahwa sempat terjadi lagi rencana pemindahan makam Mbah Priok untuk perluasan terminal peti kemas pelabuhan Tanjung Priok yang menyebabkan kerusuhan antara ahli waris, umat dengan polisi dan satpol PP pada 14 April 2010. Hingga akhir konflik tersebut berakhir pada 4 maret 2017 dengan ditetapkannya komplek makam Mbah Priok sebagai kawasan cagar budaya oleh gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.

Makam mbah priok
Makam mbah priok

Artikel terkait Sejarah Jakarta Utara : Rumah Si Pitung Antara Sejarah dan Legenda…

Artikel terkait Sejarah Jakarta Utara : Ziarah Backpacker ke Masjid Luar Batang…


Selesai sudah menepi di gubah Al Haddad. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...


Pesan moral :
Terlepas dari beberapa versi keberadaan jasad Mbah Priok. Pesan yang Travelista dapat saat berziarah ke makam Mbah Priok adalah bahwa gugur karena tujuan mulia akan selalu mendapat tempat terhormat di hati umat.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Mengunjungi Sisa Situs Candi Hindu di Pulau Kalimantan

Kali ini Travelista sedang berada di Kota Amuntai yang merupakan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sebuah kawedanan yang sudah terbentuk sejak jaman hindia belanda bahkan sudah dikenal sejak jaman kerajaan Hindu Majapahit yang melakukan ekspansi ke seluruh Nusantara. Dengan luas sekitar 291 km² kota Amuntai cukup ramai terutama di sepanjang jalan A Yani dan Norman Umar yang merupakan pusat pemerintahan, tidak jauh dari aliran sungai Tabalong yang pernah menjadi urat nadi transportasi Amuntai jaman dulu. Kini bantaran sungai Tabalong kota Amuntai ditata lebih rapi dengan menghadirkan tugu itik Alabio sebagai ikon kota. Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa Amuntai identik dengan itik Alabio yang bernama latin Anas Plathycus Borneo. Fauna endemik yang berasal dari desa Mamar Amuntai Selatan yang banyak dijajakan di pasar unggas Alabio. Photo by : Siran Masri Photo by : Henker Dari tugu itik Alabio, Travelista teruskan berjalan menuju jalan Batung Batulis untuk mengunjungi situs candi ...

Berziarah ke Makam Kakek Pendiri Kesultanan Banjar

Biasanya Travelista menuju Kantor Cabang di Provinsi Kalsel bagian hulu melalui jalan kota Martapura. Tapi karena terjadi kemacetan, Travelista dibawa Personil cabang melintasi kota Martapura via jalan tembus yang membelah perkebunan sawit yang belum terlalu rimbun. Sambil menikmati pemandangan perkebunan sawit, mata Travelista tertuju pada papan petunjuk yang tadi terlewat. Segera Travelista meminta Personil cabang putar balik untuk singgah sejenak di tempat yang ternyata makam Pangeran Sukamara. Area pemakaman cukup luas dan kelihatannya sih, masih banyak yang belum ditempati #jadibingungmaksudkatabelumditempati? Hehehe… Karena udara luar cukup terik, maka segera Travelista menuju cungkup makam Pangeran Sukarama yang di design layaknya sebuah langgar.  Terdapat cukup banyak makam warga yang dikebumikan di area depan dan belakang makam Pangeran Sukarama yang berada di dalam ruang bersama dua makam pangeran yaitu Pangeran Angsana dan Pangeran Jangsana yang tertulis wafat tahun 1322...

Upaya Melestarikan Budaya Asli Jakarta

Di kota modern seperti Jakarta dengan proyek pembangunan kota yang tanpa henti tentu menarik untuk mengetahui kebudayaan aslinya. Lalu pertanyaannya adalah. “ Di mana kita dapat menemukan kehidupan dan budaya warga asli Jakarta saat ini ? ” Sempat tersentralisasi di kawasan Condet, Jakarta Timur yang ditetapkan sebagai cagar budaya Betawi oleh gubernur Ali Sadikin sejak tahun 1974. Namun konsep pembangunan tak terkendali di kawasan Condet menyebabkan kekhasan sebagai cagar budaya Betawi sirna. Sehingga cagar budaya Betawi dipindahkan ke S etu Babakan, Jakarta Selatan pada tahun 2001 oleh gubernur Sutiyoso. Menempati lahan sekitar 289 hektar. Setu Babakan dibagi menjadi beberapa zona edukasi untuk mengenalkan kebudayaan dan kehidupan suku Betawi. Tidak ada tarif yang dikenakan untuk masuk ke perkampungan budaya Setu Babakan. Sobat Piknik hanya cukup membayar parkir kendaraan saat memasuki area danau. Rindang pepohonan, semilir angin dari arah danau dan sesekali terdengar percakapan dala...