Langsung ke konten utama

Taman Kota Pertama Di Indonesia

Menepi sejenak dari cuaca terik, Trevalista parkirkan motor untuk singgah sejenak di taman Suropati. Sebuah taman teduh yang ada di pusat kawasan menteng, tak jauh dengan rumah dinas gubernur Jakarta yang ada di seberang taman.

Untuk Sobat Piknik ketahui bahwa taman Suropati ini telah ada sejak jaman belanda dengan nama boorgermeester bisschopplein. Nama tersebut diambil dari nama Walikota atau Burgemeester Batavia pertama yaitu GJ Bisschop yang bertugas pada tahun 1916 - 1920.

Konon awalnya landscape taman berbentuk bukit sesuai dengan gagasan arsitek P.A.J. Moojen yang ditugasi pemerintah kolonial untuk membuat kota taman di wilayah menteng pada tahun 1912 dengan konsep taman bukit yang menjadi titik temu jalan – jalan utama.

Namun karena taman yang digagas P.A.J. Moojen dinilai terlalu luas dan berpotensi menghambat arus lalu lintas. Maka pada tahun 1918 pemerintah kolonial menunjuk arsitek F.J. Kubatz dan F.J.L. Ghijsels untuk menyempurnakan gagasan taman yang dibuat oleh P.A.J. Moojen.

F.J. Kubatz dan F.J.L. Ghijsels memangkas bukit taman dan menggunakan tanahnya untuk menimbun area lebih rendah di sekitar taman pada waktu itu. Karena itulah landscape boorgermeester bisschopplein berbentuk landai seperti yang Sobat Piknik lihat di taman Suropati saat ini.

Taman Suropati Menteng

Suasana rindang dengan pohon besar jenis mahoni, ketapang, tanjung, bungur, khaya dan sawo kecik yang ditanam sejak tahun 1920 ini dijadikan habitat aneka burung di taman yang dikelola oleh Dinas Pertamanan DKI Jakarta.

Taman yang dikelilingi paving block membuat kualitas rumput dan tanaman hias tetap terjaga. Selain itu, dua buah kolam air mancur di tengah taman menjadi penambah kesejukan taman kota pertama di Indonesia ini.

Taman Suropati Menteng
Taman Suropati Menteng
Taman Suropati Menteng

Boorgermeester bisschopplein kerap dijadikan ruang terbuka dan berkumpul warga belanda di jakarta sebelum kemerdekaan dan warga jakarta pada masa menjelang dan sesudah bahkan sampai hari ini.

Dulu sih saat belum pandemi. Saat akhir pekan taman Suropati selalu ada berbagai kegiatan berbasis seni, hobby dan juga bela diri. Tapi di saat pandemi seperti ini tanam selalu sepi karena larangan berkerumun dan dijaga dengan protokol ketat. Hmmm... Semoga pandemi ini segera berlalu ya Sobat Pinkik ! Agar kita dapat berinteraksi lagi. #Aamiin.

Taman suropati juga disebut sebagai titik nol Republik Indonesia karena letaknya tidak jauh dari rumah Laksamada Maeda tempat perusmusan naskah proklamasi kemerdekaan oleh para tokoh bangsa pada tanggal 16 agustus 1945. Konon sebagian laskar pejuang menunggu proses pembahasan proklamasi kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda di taman ini.

Beberapa peristiwa penting juga pernah terjadi di taman Suropati seperti rapat umum terbuka untuk membubarkan PKI pada tahun 1965 dan penetapan taman Suropati sebagai taman persahabatan ASEAN pada 20 desember 1984.

Yang bermula dari perupa negara pendiri ASEAN yang menyumbangkan hasil karyanya sebagai bentuk persahabatan bangsa ASEAN untuk disebar pada beberapa tempat di Jakarta. Namun pada akhirnya ditetapkanlah taman Suropati untuk meletakkan seluruh hasil karya berupa monumen dengan alasan keamanan yang terjamin.

Nanti saat berkunjung Sobat Piknik akan melihat enam buah monumen dengan masing – masing tema yang di usung mewakili semangat kebersamaan dan persahabatan bangsa ASEAN.

Monumen Taman Suropati Menteng

Rebirt karya Luis E Yee dari Philipina

Monumen asean taman suropati

Peace, harmony and one karya Lee Kian Seng dari Malaysia

Monumen asean taman suropati

Spirit of ASEAN karya Wee Beng Chong dari Singapura

Monumen asean taman suropati

Fraternity karya Nonthivathn Chandhanaphalin dari Thailand

Monumen Asean taman suropati menteng

Harmony karya Awang Hj Latirf Aspar dari Brunei Darussalam

Monumen Asean Taman Suropati Menteng

Peace karya Sunaryo dari Indonesia





Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...


Pesan moral :
Sejatinya pembangunan yang dilakukan oleh suatu masa pemerintahan memikirkan kepentingan di masa depan. Seperti halnya Taman Suropati saat ini yang fungsinya tetap sama dengan Boorgermeester Bisschopplein yang dibangun oleh pemerintah kolonial sebagai tempat interaksi dan sosialisasi warga kota. Travelista berdoa dan berusaha atas apa yang kita lakukan saat ini merupakan rancangan masa depan yang kita cita – citakan dan dapat diwariskan untuk generasi selanjutnya #aamiin.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Mengunjungi Etalase Budaya Lampung

Seminggu di kota Bandar Lampung. Diisi kesibukan dengan kerja, kerja dan kerja. Pulang kantor hanya diisi dengan cari kuliner malam ditemani driver ojek online dan nongkrong di tugu Adipura.  Kenapa nongkrong di situ ? Ya, karena kebetulan hotel tempat Travelista menginap ada di sekitar tugu tersebut. Hehehe... Seminggu sudah waktu berlalu, tiket balik ke Jakarta sudah dibooking dengan jadwal penerbangan sore hari. Masih ada sedikit waktu untuk mencari oleh – oleh khas Lampung dan berkunjung ke spot wisata di tengah kota agar tidak terlambat ke bandara.   Yuks, segera bergegas cari oleh - oleh khas. Kalau di Lampung, ya apalagi kalau bukan keripik pisang.  Salah satu sentra penjualan keripik pisang di kota Bandar Lampung terdapat di jalan Pagar Alam Kedaton. Di Sepanjang jalan ini, Sobat Piknik akan dengan mudah menemui kedai penjual keripik pisang yang sudah dibungkus maupun dalam keadaan curah.  Satu hal yang membuat asik belanja di sini adalah Sobat Piknik dapat mencicipi se

Berwisata Sambil Belajar di Jatim Park 1

Belajar tak kenal usia. Ya begitulah kira – kira ungkapan mengenai pentingnya menuntut ilmu walau ia tak salah. Hehehe...  Kali ini Travelista akan berwisata sambil belajar.  Seperti biasa, Travelista naik angkot dari kota Malang ke terminal Arjosari dengan rute ADL (Arjosari – Dinoyo – Landungsari). Sesampainya di terminal Landungsari, Travelista teruskan dengan angkot rute BJL (Batu – Junrejo / Tlekung – Landungsari) yang berwarna kuning muda. Travelista pilih yang BJL karena trayek nya melalui Batu Night Spectacular - Batu Secret Zoo – Jatim Park 2 – Oro oro Ombo - Dewi Sartika Atas – terminal Batu. Tuh, banyak objek wisata yang dilalui kan ?!   Dari perempatan jalan Dewi Sartika Atas, Sobat Piknik dapat berjalan sekitar 500 meter menuju museum Bagong dan Jatim Park 1. Kata sopirnya sih kalau penumpangnya banyak, dia mau antar sampai ke depan Jatim Park 1 dengan menambah ongkos Rp 2.000. Oya, ongkos dari kota Malang ke terminal Arjosari adalah Rp 4.000 dan ongkos dari termi

Mengunjungi Sisa Situs Candi Hindu di Pulau Kalimantan

Kali ini Travelista sedang berada di Kota Amuntai yang merupakan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sebuah kawedanan yang sudah terbentuk sejak jaman hindia belanda bahkan sudah dikenal sejak jaman kerajaan Hindu Majapahit yang melakukan ekspansi ke seluruh Nusantara. Dengan luas sekitar 291 km² kota Amuntai cukup ramai terutama di sepanjang jalan A Yani dan Norman Umar yang merupakan pusat pemerintahan, tidak jauh dari aliran sungai Tabalong yang pernah menjadi urat nadi transportasi Amuntai jaman dulu. Kini bantaran sungai Tabalong kota Amuntai ditata lebih rapi dengan menghadirkan tugu itik Alabio sebagai ikon kota. Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa Amuntai identik dengan itik Alabio yang bernama latin Anas Plathycus Borneo. Fauna endemik yang berasal dari desa Mamar Amuntai Selatan yang banyak dijajakan di pasar unggas Alabio. Photo by : Siran Masri Photo by : Henker Dari tugu itik Alabio, Travelista teruskan berjalan menuju jalan Batung Batulis untuk mengunjungi situs candi Hind